Selain itu, keluarga yang berduka tidak boleh menyapu lantai, hanya boleh menggunakan pakaian untuk membersihkan rumah karena akan membuat badan orang yang meninggal konon menjadi bengkak. Selain itu, adapula tradisi Ma'basing.
Tradisi ini dilakukan setiap 10 hari setelah kematian hingga hari ke-100. Mengutip laman budayaindonesia.org, Basing ialah alat musik mirip seruling yang terbuat dari bambu sepanjang 50 centimeter. Ia memiliki lima lubang dan bagian ujungnya terbuat dari tanduk kerbau.
(Foto: Instagram/@asrullah.ai)
Basing atau sering juga disebut Bulo' ini biasa dimainkan ketika salah satu warga Desa Adat yang meninggal dunia, Basing biasa dimainkan pada hari ke seratus setelah prosesi penguburan dan dimainkan semalam suntuk. Basing sendiri dimainkan dua orang sebagai peniup Bulo' dan dua lainnya menyanyi.
Suku Kajang sendiri diperingati selama 100 hari, di mana secara spesifik menjelaskan hari-hari tertentu yaitu; Hari pertama disebut juga hari Kamateang, yakni keluarga orang yang meninggal (almarhum) mendatangi rumah Ammatoa dan rumah seluruh Galla untuk diundang ke rumah orang yang meninggal (Appisse’).
Undangan disampaikan secara lisan, dan Ammatoa beserta Galla datang ke rumah dan diarahkan duduk berjejer. Di atas rumah tidak ada aktivitas makan ataupun minum, hal ini sebagai bentuk duka cita sedalam-dalamnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait