YOGYAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Segala ikhtiar yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, pasti tidak pernah mengkhianati hasilnya. Demikian juga yang dialami Maghfiroh Izza Maulani.
Maghfiroh Izza Maulani adalah anak pertama Sudarjo dan Sri Wahyuni yang berprofesi sebagai buruh serabutan. Dia kini telah berhasil menamatkan kuliahnya di program studi pendidikan matematika Fakultas MIPA. Hasilnya juga luar biasa, meraih IPK 3,77 dan meraih predikat cum laude.
Perjalanan hidup sebagai anak seorang buruh serabutan tentu saja tidak mudah. Bahkan, ketika menempuh pendidikan di SMPN 2 Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah, gadis ini nyaris dropout. Dia hampir tidak mampu melanjutkan sekolah ke bangku SMA karena ketiadaan biaya.
Padahal Izza menjadi lulusan terbaik SMP di Sub Rayon Salam dengan total nilai Ujian Nasional 379,5 atau dengan nilai rerata 94,875. “Saya sempat terpikir untuk melanjutkan sekolah di SMK terdekat dengan biaya yang murah. Namun berkat kemurahan hati seorang dermawan yang berkenan menjadi orang tua asuh, saya berkesempatan sekolah di SMAN 3 Magelang,”jelas Izzz seperti dikutip dari laman UNY.
Selepas SMA Izza kembali bingung. Lagi-lagi masih dengan masalah yang sama yakni finansial. "Kalau mau kuliah, cari biaya sendiri ya. Bapak ibu tidak punya biaya,”katanya menirukan pernyataan orang tuanya.
Meski sempat down dengan keadaan waktu itu, apalagi mimpi Izza saat itu ingin menjadi dokter, dia menyadari kalau kuliah itu tidak murah apalagi bidang kedokteran.
Tetapi, dengan bimbingan guru BK, akhirnya Izza menemukan minat di bidang lain. Karena suka matematika dan fisika, akhirnya warga Tersan, Desa Tersan Gede, Kecamatan Salam, Magelang itu berpikir mengambil jurusan terkait. “Sekolah ikut andil dengan mendaftarkannya pada beasiswa bidikmisi yang sekarang bernama KIP Kuliah,”ujarnya.
Setelah melalui tes SBMPTN, Izza diterima sebagai mahasiswa baru pendidikan matematika UNY. Meski begitu, dia belum dinyatakan lolos bidikmisi karena perlu ada survey dan kuota yang terbatas.
“Pada awal semester, saya sempat tidak lolos bidikmisi. Sempat kelimpungan, takut UKT mahal dan tidak bisa membayar,” kata Izza.
Namun Izza beruntung karena ada penambahan kuota mahasiswa bidikmisi, sehingga Izza berhasil lolos. Akhirnya Izza menjalani kuliah tanpa memikirkan biaya pendidikan.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait