JAKARTA,iNews.id - Fenomena banyak tokoh politik menjelang Pemilu 2024 disoroti Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
Dia menyoroti mulai menjamurnya baliho hingga iklan yang mengarah pada pencitraan diri seorang tokoh menjelang pesta demokrasi mendatang.
“Kalau bapak ibu perhatikan, sekarang ini orang-orang sudah mulai tebar pesona. Saya terus terang saja merasa khawatir, terutama orang yang sekarang menjadi menteri dan pejabat itu kan lebih fokus pada pencalaonan dirinya di 2024 daripada dia bekerja sebagai menteri, atau bekerja sebagai gubernur, atau bekerja sebagai pejabat yang lainnya,” ujarnya dikutip dari laman resmi Muhammadiyah pada Selasa (28/12/2021).
Dalam pengajian pagi PCM Sleman itu, Mu’ti menyindir fenomena itu sebagai kontes kecantikan. Fenomena ini disebutkan akan lebih menjamur lagi di tahun 2022.
“Ya sudah kita itu seperti juri, kita lihat saja siapa yang tampil, kita lihat mereka itu berperilaku seperti apa dan kita nilai dengan pikiran yang jernih, tapi toh pada akhirnya kita tidak bisa memilih yang cantik-cantik itu,” jelasnya.
Kepada warga Muhammadiyah, Mu’ti mengajak agar tidak ikut larut pada kontestasi politik apalagi melanjutkan residu lama Pemilu 2019. Dirinya mengajak agar warga Persyarikatan fokus pada kerja-kerja kemanusiaan Muhammadiyah yang inklusif dan nyata.
“Karena itu kemudian kalau kita melihat situasi poliltik itu santai-santai sajalah karena itu bagian dari permainan duniawi, lahwun, laibun, wa zinatun, itu pemainan dan itu tipu-tipu dan itu juga hiasan-hiasan saja, hiburan-hiburan buat senang-senang saja. Enggak usah terlalu serius. Tapi dalam kita melakukan dakwah, membantu masyarakat, itu yang serius,” ucapnya.
Mu'ti menjelaskan fokus Muhammadiyah ke depan bukan soal pola atau bentuk hubungan dengan pemerintah semata. Menurut dia, itu sudah selesai dan menjadi dinamika politik. Yang paling penting, kata Mu'ti, ialah peranan Persyarikatan pasca Covid-19.
“Sehingga yang menjadi fokus Muhammadiyah ke depan, bukan nanti hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah seperti apa, sudah, itu memang menjadi dinamika politik, tapi Muhammadiyah berpikir post Covid-19."
"Setelah Covid-19 ini Muhammadiyah mau apa ketika kemiskinan meningkat, masalah sosial semakin kompleks, banyak sekali anak-anak yatim, single parent, anak yang tidak bisa bayar SPP, dan banyak hal yang tidak bisa kita prediksi pada 2022. Itu yang saya kira akan menjadi tantangan bagi Muhammadiyah,” imbuhnya.
Dia menambahkan larut berpolitik akan lebih banyak menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak memberikan solusi konkret bagi masalah yang sekarang ini dihadapi oleh masyarakat. "Oleh karena itu maka yang terjadi sudah bisa kita prediksi, tapi kalau Muhammadiyah istikamah dengan khittahnya, dengan Matan Keyakinan Hidupnya, Insya Allah Muhammadiyah akan tenang-tenang saja,” pungkas Mu’ti.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait