Karena terlalu lama tidak latihan, bukan tidak mungkin anggota lupa gerakan saat memainkan kembali kesenian itu. Semakin lama tidak dipentaskan juga akan mengancam kelestarian kesenian lokal itu sendiri.
Namun ditengah sepinya latihan maupun pentas, para pengurus lantas tidak diam. Ketua Kelompok Slamet Wagiatmo, terus mencari terobosan agar kelompoknya tetap eksis. Ia mengajukan permohonan kepada Kemensos melalui Program Forum Keserasian Sosial, untuk mendapatkan bantuan guna memperbaharui dan mengadakan perlengakapan kesenian ebeg.
“Alhamdulillan Wahyu Turonggo Jati mendapatkan bantuan Program Forum Keserasian Sosial sebanyak Rp 50 juta, yang kami gunakan untuk membeli seperangkat gamelan, Ebeg, seragam, bujang ganong dan penguatan ekonomi anngota berupa kambing 5 ekor dan ikan 3 kwintal untuk 4 kolam,” katanya
Bantuan yang diterima melalui transfer lewat Bank Mandiri tersebut kembali menyatukan anggota dan masyarakat sekitar, sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada termasuk mendeteksi dini bibit-bibit radikalisme dan konflik sosial karena masyarakat dapat mengenal satu sama lain secara personal.
“Seni budaya merupakan salah satu cara untuk menjadi perekat. Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan bersama masyarakat untuk membangkitkan kearifan lokal, dan membangun komitmen toleransi di masyarakat,” jelasnya.
Melalui pendekatan kearifan lokal melalui kesenian Ebeg, diharapkan sebagai upaya pencegahan terhadap konflik sosial yang mungki terjadi di masyarakat.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait