Benjamin Brown Ph.D., peneliti dari Charles Darwin University yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam kegiatan pemulihan mangrove di Indonesia, menjelaskan bahwa pengambil kebijakan dan pelaksana kegiatan perlu memahami prinsip dan tahapan dalam mendukung keberhasilan pemulihan mangrove.
Prinsip dan tahapan tersebut meliputi pemahaman karakteristik ekologi spesies mangrove (autoekologi), pola hidrologi, faktor gangguan yang mencegah terjadinya regenerasi alami, dan desain program pemulihan.
"Lebih dari pada itu, memahami faktor-faktor sosial, seperti isu kepemilikan lahan, pembiayaan dan kebijakan juga sangat penting dalam menentukan peluang sebuah proyek pemulihan mangrove, termasuk dalam menentukan apakah akan melakukan penanaman atau tidak. Sebelum menentukan untuk menanam, mengatasi faktor-faktor gangguan, baik dari aspek biofisik maupun sosial, yang menghambat terjadinya regenerasi alami perlu dilakukan", imbuh Benjamin.
Pendekatan ini muncul sebagai respons akan banyaknya upaya-upaya pemulihan mangrove yang hanya mengedepankan pendekatan penanaman bibit secara langsung serta sering mengalami kendala kelulushidupan yang rendah.
Pada dasarnya, pendekatan ini mencoba menggali pendekatan yang lebih efektif dalam upaya pemulihan mangrove dengan menciptakan kondisi habitat yang sesuai agar mangrove dapat tumbuh secara alami.
Ketika faktor pemungkin biofisik dan sosial-ekonomi telah terbentuk melalui pendekatan pemulihan secara ekologis (Ecological Mangrove Rehabilitation) maka alam akan melanjutkan pekerjaan selanjutnya.
Saat kesesuaian spesies dan habitat tercapai secara optimal, maka pemulihan mangrove dengan jalan tersebut akan menghasilkan ekosistem yang lebih beragam, tumbuh lebih cepat dengan tingkat kelululushidupan yang lebih tinggi, dan menciptakan kembali sistem, fungsi, dan jasa ekosistem yang lebih resilien.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait