Mengapa Hari Jadi Banyumas Ditetapkan pada 22 Februari? 

Elde Joyosemito
Kawasan Instagramable di sekitar menara pandang teratai Purwokerto. Foto: Instagram/@rizkydstywn

Teks Kalibening juga menyebutkan bahwa peristiwa penyerahan upeti tersebut berkaitan dengan "Sang Mertua" (rama), sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan sebagai hari jadi Kabupaten Banyumas. Angka tahun yang digunakan berdasarkan kesaksian teks Naskah Krandji-Kedhungwuluh dan catatan tradisi pada Makam Adipati Mrapat di Astana Redi Bendungan (Dawuhan), yang menyatakan bahwa tahun 1571 adalah awal kekuasaan Adipati Mrapat (R. Joko Kaiman), dan tahun 1571-1582 adalah periode kekuasaan Adipati Mrapat. 

Oleh karena itu, tahun 1582 bukan merupakan tahun awal, tetapi merupakan tahun akhir kekuasaan Adipati Mrapat. Sayangnya, tahun 1571 yang tertera pada Papan Makam dan Batu Grip Makam Adipati Mrapat yang masih ada pada tanggal 1 Januari 1984 telah hilang setelah renovasi makam tersebut.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, tanggal 27 Pasa tahun Masehi 1571 dianggap sebagai hari jadi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa bulan Ramadhan pada tahun 1571 Masehi jatuh pada tahun 978 H. 

Setelah dihitung, ditemukan tanggal 27 Ramadhan 978 H, dan setelah dikonversi ke tahun Masehi, ditemukan tanggal 22 Pebruari 1571 Masehi yang bertepatan dengan Kamis Wage (Rabu sore).

Tanggal 27 Ramadhan 978 H atau tanggal 22 Pebruari 1571 Masehi ditetapkan sebagai patokan hari jadi Kabupaten Banyumas berdasarkan perhitungan tanggal dan hari di mana R. Joko Kaiman (Adipati Mrapat), yang bergelar Adipati Warga Utama II, diangkat atau ditetapkan oleh Sultan Pajang sebagai Adipati Wirasaba VII menggantikan rama mertuanya, yaitu Adipati Warga Utama I (Adipati Wirasaba VI).

Raden Joko Kaiman, setelah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII, membagi daerah kekuasaannya menjadi empat bagian, dikenal dengan nama Adipati Mrapat, yaitu:

Banjar Pertambakan diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirayudo.
Merden diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirakusumo.
Wirasaba diberikan kepada Kiai Ngabehi Wargawijoyo.
Dia kembali ke Banyumas untuk membangun pusat pemerintahan yang baru, dimulai dari hutan Tembaga, yang sekarang terletak di pertemuan Sungai Banyumas dan Sungai Pasinggangan di Desa Kalisube dan Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas.

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network