Sejarah Terowongan Air Gunung Slamet Demi Kehidupan Warga 6 Desa

Agustinus Yoga Primantoro
Sejarah Terowongan Air Gunung Slamet (Foto : Aryo Rizqi/iNews Purwokerto)

Sementara itu, menurut Tri Agus Triono, Ketua Paguyuban Pelestari Terowongan Air Tirtapala mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan pendokumentasian ulang terkait terowongan saluran air yang telah digagas sejak tahun 1949 dan mulai dibuat tahun 1952. Berkat kerja keras 8 orang dibantu dengan sejumlah warga sekitar, akhirnya terowongan terebut selesai dibuat pada tahun 1956. 

Dalam catatan masa itu, disebutkan bahwa Sanbasri menjadi penanggungjawab atas pekerjaan ini. Selain itu, disebutkan juga bahwa insinyur yang merancang terowongan itu bernama Tadirana. Ialah yang telah mendesain terowongan termasuk di dalamnya jendela terowongan dan beberapa desain lain di dalamnya.

"Jadi, berdasarkan catatan yang sudah rusak, 1949 digagas oleh Sanbasri, dua tahun pertama masa negosiasi hingga akhirnya disetujui oleh pihak desa pada tahun 1952 dan dikerjakan sejak tahun 1952 hingga 1956. Selama 5 tahun dikerjakan secara manual, menggunakan alat penerangan teplok, ting dan obor, kemudian menggunakan alat tradisional seperti dandang lalu ruyung atau Sada Lanang, itu perkakas seperti linggis yang terbuat dari pelepah nira," kata Tri.

Bahkan, di dalam arsip lama yang kini telah rusak itu disebutkan juga bahwa Sanbasri memperoleh penghargaan dari Pemerintah masa itu sebagai perintis lingkungan. Sayangnya, dokumen tersebut kini harus direstorasi sedemikian rupa setelah hampir 70 tahun tak terjamah.


Terowongan air. (Foto: Aryo Rizqi/iNews Purwokerto)

Berdasarkan dokumen yang ditemukan dan bukti fisik berupa terowongan saluran air Tirtapala, kita dibuat tercengang oleh mahakarya yang bisa tercipta pada masa itu. Bagaimana tidak, terowongan sepanjang 550 meter itu dibuat sedemikian rupa mengikuti kontur gunung dan terlebih lagi, kala itu pembuatannya hanya menggunakan peralatan sederhana. 

"550 meter terowongan dibuat, mengikuti kontur gunung, dan bebatuan andesit, dijebol dari dua arah atas dan bawah, memang tidak masuk akal. Tetapi, ada yang hebat lagi, di sepanjang itu ada jendela jendela yang berfungsi sebagai ventilasi terowongan, dan mereka sudah menghitung pada saat itu, jelas ini untuk bernafas," ujar Yono. 

"Yang kedua adalah untuk membuang tanah dan bebatuan atau sedimen dari dalam terowongan, karena tidak mungkin akan dibuang di ujung terowongan. Jendela -jendela itu ada yang 10 meter ada yang 15 meter dan ada yang 20 meter jaraknya melihat kontur dan melihat tingkat kesulitan juga saat ada di dalam terowongan entah itu lurus atau belok belok. Jadi, si Tadirana ini sudah sangat menghitung itu," imbuhnya.

Editor : Arbi Anugrah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network