WASHINGTON, iNewsPurwokerto.id - Donald Trump, mantan presiden dan calon presiden Amerika Serikat (AS), kembali menjadi target upaya pembunuhan oleh pria bersenjata untuk yang ketiga kalinya.
Upaya pembunuhan ini terjadi pada Sabtu pekan lalu waktu setempat. Petugas penegak hukum berhasil menggagalkan rencana tersebut dan menangkap tersangka di luar area kampanye Trump di Coachella, California.
Menurut sheriff setempat, tersangka membawa senjata dan kartu pers palsu. Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Vem Miller (49) dari Las Vegas, ditangkap di sebuah pos pemeriksaan dengan senapan ilegal, pistol berisi peluru, dan magasin berkapasitas tinggi.
Kantor Sheriff Riverside County mengumumkan rincian tentang tersangka dan senjatanya pada hari Minggu, sebagaimana dilansir oleh Russia Today pada Senin (14/10/2024).
Sheriff Riverside County, Chad Bianco, menyatakan kepada media lokal bahwa Miller menunjukkan kartu VIP dan kartu pers palsu di pos pemeriksaan. "Itu cukup mencolok untuk membuat para deputi waspada," kata Bianco kepada Press-Enterprise.
"Kami mungkin telah mencegah upaya pembunuhan lainnya," tambahnya.
Bianco juga menggambarkan Miller sebagai "sovereign citizen," istilah untuk sekelompok kecil penganut kebebasan ekstrem yang percaya bahwa pemerintah tidak memiliki wewenang hukum atas mereka.
Miller tercatat sebagai seorang Republikan, memiliki gelar master dari University of California, Los Angeles, dan mencalonkan diri untuk majelis negara bagian di Nevada pada tahun 2022.
Miller belum mengonfirmasi atau membantah niatnya untuk membunuh Trump, kata Bianco. Tersangka dibebaskan dengan jaminan USD 5.000 dan dijadwalkan muncul di pengadilan pada bulan Januari mendatang dengan dakwaan kepemilikan senjata api ilegal.
Trump telah selamat dari dua upaya pembunuhan dalam tiga bulan terakhir. Calon presiden dari Partai Republik itu hampir tewas saat kampanye di Pennsylvania pada bulan Juli, ketika sebuah peluru yang ditembakkan dari jarak sekitar 150 meter menyerempet telinganya.
Pria bersenjata tersebut menembaki dari atap yang tidak dijaga oleh Secret Service, yang menyebabkan seorang peserta kampanye tewas dan dua lainnya terluka sebelum penembak itu ditembak mati oleh seorang sniper dari Secret Service.
Upaya kedua terjadi di lapangan golf Trump di West Palm Beach, Florida, pada bulan September, ketika seorang pria bersenjata yang mengincar Trump dari balik semak-semak ditangkap setelah dikejutkan oleh agen Secret Service.
Tersangka, yang dikenal sebagai Ryan Wesley Routh, sebelumnya gagal untuk bergabung dengan militer Ukraina pada tahun 2022 dan kemudian berusaha merekrut mantan pasukan komando Afghanistan untuk berperang di pihak Kyiv.
Agen intelijen AS mengklaim bahwa Iran berusaha untuk membunuh Trump, dan Presiden Joe Biden telah memperingatkan Teheran bahwa serangan terhadap mantan saingan politiknya akan dianggap sebagai tindakan perang.
Anggota Parlemen AS dari Partai Republik, Matt Gaetz, mengklaim bulan lalu bahwa saat ini ada lima "tim pembunuh" di AS yang berusaha membunuh Trump, tiga di antaranya terkait dengan Iran, Pakistan, dan Ukraina.
Teori lain yang beredar di kalangan Partai Republik adalah bahwa seorang mata-mata di dalam Secret Service membocorkan informasi kepada tim pembunuh tersebut, kata Gaetz kepada Breitbart News.
Biden menyatakan pada hari Jumat bahwa dia telah memerintahkan Secret Service untuk melindungi Trump seolah-olah dia adalah presiden yang sedang menjabat, dan memberikan bantuan keamanan sesuai permintaan tim kampanyenya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait