Banyumas Ngibing 24 Jam: Semalam Suntuk Merayakan Syukur Melalui Gerak Tarian Tradisional

Lili Amaliah/Mahasiswa Unsoed Purwokerto
Penari dari berbagai daerah menampilkan dirinya di beberapa panggung pada event Banyumas Ngibing 24 Jam Menari. (Foto: Lili Amaliah)

Tak Sekadar Hiburan, Ekonomi dan Jiwa Ikut Tersentuh


Banyumas Ngibing. (Foto: Lili Amaliah)

Banyumas Ngibing ini tidak hanya berdampak secara budaya saja, tetapi juga ekonomi. “Alhamdulillah perekonomian di wilayah Banyumas Kota Lama, hotel semuanya penuh, mereka bisa merasakan dampaknya begitu. Dari dampak perekonomian mereka bisa merasakan,” ungkap sang maestro lengger.

Namun bagi Rianto, dampak spiritual menjadi tujuan paling utama dari acara ini. “Bagi saya dampak spiritual untuk mencintai budaya ini yang saya lebih tekankan dan lebih pentingkan,” jelasnya.

“Zaman sekarang ada event kayak gitu benar-benar bisa buat belajar banget, belajar tentang budaya apalagi anak muda kan, supaya budaya yang sudah ada dari dulu bisa tetap lestari dan eksis di kalangan anak muda,” ungkap Ayu, salah satu penonton acara ini.

Generasi Muda dan Harapan yang Tak Akan Padam

Sekitar kurang lebih 90 relawan (volunteer) ikut tergabung dalam menyukseskan acara ini, termasuk Heri Setiyono, salah satu Liaison Officer (LO). Ia mengatakan bahwa acara ini sangatlah penting untuk melestarikan nilai-nilai tradisi di tengah arus budaya modern.

“Harapannya ke depan semoga diteruskan ke generasi muda, agar generasi muda memahami budaya kita sendiri kayak gitu, agar tidak terpengaruh budaya asing,” ungkap Heri. Ia pun mengaku bangga dapat menjadi bagian dari acara ini.

Melihat antusiasme masyarakat dan komunitas, Rianto berharap agar Banyumas Ngibing ini menjadi acara besar tahunan di Banyumas. Ia ingin menjadikan acara ini sebagai ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengekspresikan dirinya lewat budaya.

“Supaya (acara ini) bisa digandrungi oleh masyarakat Banyumas, mereka bisa tampil bukan hanya sebagai pelaku seni tari saja, teater, ataupun musik. Tapi masyarakat yang mau untuk tampil, kita berikan wadah dan apresiasi untuk mereka,” jelas Rianto.

Selama 24 jam, Banyumas menari, bersyukur, dan berbicara dalam bahasa gerak. Meski tak tidur, Banyumas Ngibing bukan hanya menjadi sebuah pertunjukan belaka, melainkan menjadi seruan kesadaran bagi masyarakat bahwa seni adalah jantung dari identitas dan kehidupan bersama.

Editor : EldeJoyosemito

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network