PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id – Hardianti Triana (24) tak hanya piawai memutar setir di balik kemudi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Banyumas. Di balik seragam sopirnya, perempuan yang akrab disapa Ana ini juga tercatat sebagai mahasiswi Universitas Terbuka (UT) Purwokerto, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Sejak dua tahun lalu, Ana menjadi satu-satunya sopir perempuan di armada Trans Banyumas. Ia menjalankan bus Koridor II yang melayani rute Terminal Notog – Terminal Baturraden pulang pergi. Namun, kiprah Ana di dunia yang identik dengan laki-laki itu sudah dimulai jauh sebelumnya.
“Awalnya waktu SMK bantu orang tua nyopir angkot,” kata Ana saat ditemui, Senin (21/4/2025). Setelah lulus, Ana tak meninggalkan dunia transportasi. Ia melanjutkan profesinya sebagai sopir travel dan bus pariwisata sejak 2020, sebelum akhirnya bergabung dengan Trans Banyumas.
Berstatus sebagai satu-satunya sopir perempuan bukan tanpa tantangan. Ana mengaku kerap menjadi pusat perhatian, baik dari sesama sopir maupun penumpang. “Saya sebagai perempuan pasti jadi perhatian utama di sini,” ujarnya.
Bahkan, ada yang meragukan kemampuannya hanya karena dia perempuan. “Kadang ada yang bilang, ‘sopirnya cewek nih, bener enggak nih bawanya.’ Tapi saya sudah biasa.”
Selain itu, Ana sesekali harus menghadapi penumpang yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan pribadi yang membuatnya tak nyaman. “Kalau tanya soal pekerjaan, saya jawab. Tapi kalau sudah masuk ranah pribadi, saya berhak untuk tidak menjawab,” tegas perempuan asal Kabupaten Cilacap ini.
Namun di balik segala tantangan, Ana merasa profesinya sangat bermakna. “Saya senang dapat melayani masyarakat Banyumas. Respons masyarakat juga baik, jadi nyaman melayani semua,” katanya.
Di tengah kesibukannya sebagai sopir, Ana tetap fokus menyelesaikan pendidikannya. Sistem kerja shift di Trans Banyumas memudahkannya membagi waktu. “Kalau masuk pagi, sorenya setelah istirahat saya kerjakan tugas-tugas kuliah,” ungkapnya.
Ia pun bersyukur karena manajemen Trans Banyumas mendukung penuh pendidikannya. “Kalau jadwal kuliah bentrok, bisa tukeran libur atau shift, atau ajukan long shift.”
Ana menitipkan pesan bagi para perempuan untuk tak pernah ragu mengejar mimpi. “Perempuan harus semangat, kita bukan kaum lemah. Kita bisa setara bahkan lebih dari laki-laki. Jangan mau diinjak-injak,” ujarnya penuh semangat.
Dengan roda yang terus berputar dan buku-buku kuliah yang tetap terbuka, Ana membuktikan bahwa perempuan bisa menggenggam banyak peran sekaligus: membelah jalan dan mengejar ilmu.
Baginya pilihan kuliah di UT menjadi jawaban, karena dirinya masih harus kerja. Sebagai pelopor pendidikan terbuka di Indonesia, UT Purwokerto menyediakan berbagai program studi yang memungkinkan mahasiswa belajar kapan pun dan di mana pun, sesuai kebutuhan dan gaya hidup mereka.
UT Purwokerto memiliki sejumlah keunggulan yang menjadi daya tarik utama. Sebagai perguruan tinggi negeri, kampus ini menetapkan biaya pendidikan yang terjangkau tanpa uang gedung, tanpa tes masuk, dan tanpa kewajiban menyusun skripsi. Selain itu, mahasiswa dijamin bebas dari risiko Drop Out (DO).
Kualitas pendidikan di UT Purwokerto pun tak perlu diragukan, dengan akreditasi A dari BAN-PT yang menjadi bukti pengakuan resmi terhadap standar akademiknya.
Dengan berbagai kemudahan tersebut, Universitas Terbuka Purwokerto menjadi solusi ideal bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan tanpa harus meninggalkan pekerjaan, keluarga, maupun aktivitas lainnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait