Sabtu menjadi hari yang paling dinanti dengan serangkaian tradisi budaya seperti pengambilan air suci dari Tuk Sikopyah, kirab budaya, ruwat bumi, dan pembagian air kepada pengunjung. Sorotan utama adalah santap massal 8.888 porsi nasi 3G (Gundil, Gandul, Gereh) yang ditargetkan memecahkan rekor MURI dan dunia. Malam harinya, panggung Akustik Kabut Lembut menghadirkan penyanyi nasional Ghea Indrawari.
FGS akan ditutup Minggu (6/7/2025) dengan acara sport-tourism seperti Trail Run dan perang tomat, serta penampilan grup musik MAssDDDHO dalam konser Suaraloka Gunung Slamet.
Wabup Dimas menyampaikan bahwa dirinya akan bermalam selama tiga hari penuh di Desa Serang untuk mengawal langsung jalannya festival.
“Saya akan mempromosikan FGS lewat media sosial agar lebih banyak wisatawan datang. Kita ingin Karangreja seramai Jakarta,” ujarnya optimistis.
Kepala Desa Serang, Sugito, menyebut FGS membawa dampak ekonomi signifikan bagi warganya. Ia menyebut, setiap tenant mampu mengantongi omzet hingga Rp3 juta per hari. Tahun ini, panitia menargetkan 50 ribu pengunjung, meningkat dari 43 ribu pada penyelenggaraan tahun lalu.
Wabup Dimas menegaskan bahwa FGS bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga bentuk nyata pelestarian budaya luhur oleh masyarakat. Ia meyakini, festival ini akan terus memberikan efek ganda bagi sektor ekonomi, sosial, dan budaya di Purbalingga.
“FGS bukan hanya milik Desa Serang, tapi sudah menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Purbalingga, bahkan Indonesia,” tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait