Ia mencontohkan, penggunaan projection mapping dan augmented reality dalam pertunjukan wayang dapat menjadi terobosan untuk meningkatkan minat anak muda. Selain itu, tren tari, musik gamelan, busana, maupun kuliner Jawa dapat dikemas dalam format konten media sosial yang lebih menarik.
Pernyataan Setya sejalan dengan sikapnya yang konsisten mendorong transformasi digital di berbagai bidang. Sejak Juli 2025, ia menekankan bahwa adaptasi terhadap teknologi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan zaman.
“Kolaborasi budaya dan inovasi digital diharapkan bisa memperpanjang nafas budaya karena terus dihidupkan oleh pemuda yang bertumbuh,” jelasnya.
Setya juga mengajak semua elemen—mulai dari pemerintah daerah, budayawan, akademisi, hingga komunitas digital—untuk terlibat aktif dalam pelestarian budaya. Menurutnya, pelestarian hanya akan bermakna apabila mampu membangun kedekatan dengan masyarakat luas, terutama kaum muda.
“Budaya akan tetap relevan jika bisa hadir dalam keseharian generasi muda. Oleh karena itu, semua pihak harus bergerak bersama,” pungkasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
