Dia mencoba untuk bangkit dan menerima kenyataan. Dengan semua keterbukaan dari UGM, Giri pun mengikuti pendidikan inklusif hingga dapat lulus.
"Dengan motivasi dan tekad yang tinggi serta keterbukaan UGM melayani pendidikan yang inklusif di hari ini saya bisa berada di wisuda ini bersama teman-teman,” sambung dia.
Semasa kuliah anak pertama dari pasangan Sutrisno (55) dan Ngersi Suprihatin (45) ini selalu berprestasi. Ia bahkan berhasil menerima beasiswa dari Tanoto Foundation saat S1 dan untuk S2 di FEB UGM. Saat ini, Giri telah resmi diterima di Magister Sains FEB UGM.
"Kondisi disabilitas merupakan sebuah keistimewaan yang menjadikannya sebagai ciri khas. Jadikanlah hal itu sebagai penyemangat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sehingga bisa menjadi juara di masyarakat," pesan dia.
Usai lulus menempuh pendidikan S2, Giri berencana turut ambil bagian dalam memajukan pendidikan di tanah air dengan menjadi dosen. Ia ingin berperan dalam mewujudkan Indonesia yang maju, terbuka, bertoleransi serta memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas melalui pendidikan sebagai pintu utamanya.
Sang Ibu Ngersi Suprihatin mengatakan puteranya merupakan sosok yang tekun, ulet dan memiliki semangat juang yang tinggi. Meski mengalami kehilangan pengelihatan secara tiba-tiba, Giri bangkit dan berusaha untuk menggapai impiannya.
“Dengan kondisi seperti itu biasanya anak akan merasa putus asa, tetapi Alhamdulillah Giri tidak patah semangat,” ujarnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait