Ini Sosok di Balik Berdirinya Kopassus, Pasukan Elite TNI AD

Sucipto
Kopassus menjadi pasukan elite milik Indonesia yang disegani dunia (Ilustrasi, Foto: Penkopassus) 

JAKARTA, iNews.id - Kopassus adalah pasukan elite TNI AD yang dimiliki Indonesia. Nama Kopassus sendiri menjadi pasukan yang disegani bahkan diperhitungkan di mata dunia. 

Di balik kegarangan Kopassus, siapa sebenarnya sosok pencetus berdirinya? Dia adalah Alex Kawilarang. 

Berkat tangan dingin mantan prajurit KNIL tersebut, Kopassus menjadi pasukan yang sangat disegani di dunia karena memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak tepat, dan antiteror. 

Dikutip dari laman resmi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yakni, kopassus.mil.id, pasukan Korps Baret Merah ini terbentuk saat penumpasan pemberontakan bersenjata di Maluku. 

Kala itu, pasukan ini dipimpin oleh Panglima Teritorium III Kolonel Inf Alexander Evert Kawilarang didampingi komandan operasi Letkol SLamet Riyadi

Pemberontakan itu dilakukan sekelompok orang yang menamakan diri Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950. Meski berhasil menumpas pemberontak namun dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. 

Kala itu, banyak prajurit TNI yang gugur, karena pasukan musuh yang memiliki pengalaman tempur yang tinggi, taktik dan kemampuan ekstra. 

Dari kekalahan ini lah, menginspirasi Letkol Slamet Riyadi untuk menciptakan pasukan tempur yang bisa bergerak cepat dan tepat untuk menghadapi segala medan pertempuran dan kemungkinan kejadian dalam tempur. 

Belum sampai menggagas, Letkol Slamter Riyadi gugur. Sehingga, gagasan itu dilanjutkan oleh AE Kawilarang. 

Pada November 1951, Kolonel AE Kawilarang ditunjuk sebagai Panglima TT III/Siliwangi. Dia pun mengeluarkan Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III Nomor 55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 tentang pembentukan Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III atau Kesko III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus. 

“Di benaknya (Kawilarang), pasukan khusus itu harus menjadi kesatuan yang ramping memiliki keahlian individu yang tinggi serta bermobilitas tinggi,” tulis buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia” dikutip iNews Purwokerto. 

Selanjutnya, AE Kawilarang yang lahir di Meester Cornelis, sekarang Jatinegara pada 23 Februari 1920 ini memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus yang berbasis di bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat. 


Alex Kawilarang merupakan sosok di balik berdirinya pasukan elite TNI AD yaitu Kopassus. (Foto: Istimewa)

Saat itu, diputuskan Mayor Moch Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL dan yang pernah bergabung dengan KST dan bertempur dalam Perang Dunia II sebagai Komandan pertama. 

Dalam perjalanannya, satuan ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952. Kemudian pada 1955 berubah nama menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). 

Pada 1966, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD). Berikutnya pada 1971 berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). 

Baru setelah 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang. Keberhasilan AE Kawilarang membentuk pasukan khusus tidak lepas dari pengaruh lingkungan tempat dia dibesarkan. 

Sosok AE Kawilarang

AE Kawilarang berdarah militer karena dilahirkan dari sebuah keluarga militer. Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang seorang Mayor KNIL. 

Ibunya bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya berasal dari Remboken di Sulawesi Utara dan memiliki darah Minahasa dari sub-suku Toulour. 

Alex Kawilarang merupakan sepupu dari Direktur Akademi Militer Tangerang Daan Mogot yang gugur dalam Pertempuran Lengkong saat berupaya melucuti senjata di depot tentara Jepang pada 1946. 

Sebelum terjun ke dunia militer, Kawilarang mengenyam sistem pendidikan Eropa. Kawilarang menempuh pendidikan dasar di sebuah Europeesche Lagere School (ELS), mula-mula di Tjandi, Semarang kemudian di Cimahi, Jawa Barat. 

Selesai pendidikan, Kawilarang melanjutkan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng yang sekarang ditempati SMA Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 5 Bandung. 

Selesai pendidikan menengah, Kawilarang mengikuti jejak ayahnya masuk pendidikan militer.  Pada awalnya Kawilarang di Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL (Corps Opleiding Reserve Officeren, CORO) pada 1940, kemudian ke Akademi Militer Kerajaan (Koninklijk Militaire Academie) darurat di Bandung dan Garut, Jawa Barat selama dua tahun sejak 1940-1942. 

Setelah lulus pendidikan, Kawilarang ditempatkan di Magelang sebagai komandan peleton dan kemudian ditugaskan kembali ke Bandung sebagai instruktur.  

Pada Oktober 1945, Kawilarang ditugaskan sebagai staf Komandemen I Jawa Barat di Purwakarta. Pada Januari 1946, Kawilarang menjadi Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat dengan pangkat letnan kolonel. 

Pada Agustus 1946, Kawilarang menjadi komandan Brigade II/Surya Kencana yang meliputi Sukabumi, Bogor, dan Cianjur. Brigade ini termasuk dalam Divisi Siliwangi yang baru terbentuk. Kawilarang memimpin brigade ini selama Agresi Militer Belanda I. 

Kawilarang juga sempat memimpin secara singkat Brigade I/Tirtayasa ketika brigade tersebut dipindahkan ke Yogyakarta. Pada pertengahan 1948, Kawilarang masuk dalam kontingen pemerintah dan pejabat militer ke Bukittinggi di Sumatera Barat. 

Tujuannya untuk mengantisipasi agresi militer Belanda II dan untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah darurat Indonesia di luar Jawa. Kemudian pada 28 November 1948 Kawilarang menjabat sebagai Komandan Sub Teritorium VII/Tapanuli, Sumatera Timur bagian selatan. 

Pada 1 Januari 1949 pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), Kawilarang ditunjuk sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI. Sedangkan, pada 28 Desember 1949, 

Kawilarang menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah Aceh dan Sumatera Utara merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat kolonel. 

Pada 21 Februari 1950, Kawilarang kemudian mendapatkan kepercayaan sebagai Panglima Tentara dan Territorium (TT) I/Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan untuk mengantisipasi pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar (KMB). 

Selama kariernya, Kawilarang juga pernah menjadi panglima teritorial di dua komando daerah penting lainnya yakni, Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur sekarang Kodam XIV/Hasanuddin pada 15 April 1950 dan pada 10 November 1951 diangkat menjadi Panglima Territorium III/Siliwangi yang sekarang Kodam III/Siliwangi. 

Di sini lah Kawilarang berhasil mewujudkan pembentukan pasukan khusus kebanggaan TNI, yang kini disebut Kopassus. 

Editor : Arif Syaefudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network