JAKARTA, iNews.id - Tak dipungkiri jika Jawa Tengah merupakan gudangnya perusahaan otobus (PO) di Indonesia. Banyak penguasa jalanan yang memiliki nama besar dan eksis hingga saat ini.
Bahkan, beberapa PO bus bisa dibilang sebagai living legend. Ada yang didirikan oleh seorang dokter dan pensiunan TNI.
Lantas, PO bus legendaris apa saja yang berasal dari Jawa Tengah? Berikut daftarnya.
1. PO Sumber Alam
Sumber Alam merupakan perusahaan otobus yang bermarkas di Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Bagi yang biasa berpergian dari Jakarta menuju Yogyakarta melalui jalur selatan, PO bus ini tidak asing lagi.
Bus Sumber Alam memiliki sejarah panjang di Indonesia. PO ini lahir berawal dari pendirian perusahaan otobus Tresna pada 1969. Kemudian berevolusi setelah estafet ke anak cucunya dengan nama PO Hidup Baru.
Nama PO Sumber Alam benar-benar berdiri pada 1975 dirintis oleh pewaris Yudi Setiawan Hambali. Sumber Alam hingga kini terus berinovasi menghadirkan armada-armada terbaru demi memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen.
2. PO Santoso
PO Santoso dibangun seorang dokter bernama Anwar Sani pada 1970-an. Dia mewarisi usaha bus dari orangtuanya pada 1960-1970.
Orangtua dr Anwar memiliki sebuah PO bernama Tresno. Perusahaan otobus ini memiliki garasi di Kutoarjo. Memasuki 1970-an, orangtua dr Anwar mewariskan usaha bus kepada tiga orang anaknya.
Setelah ketiga anak mendapat bagian bus masing-masing, yautu PO Hidup Baru (Purworejo), PO Kencana Jaya (Purworejo), dan PO Santoso (Magelang). Namun, PO Hidup Baru dan PO Kencana Jaya tidak bertahan lama. Bus tersebut dibeli Sumber Alam.
Sementara itu, PO Santoso hingga kini masih bertahan. PO bus ini memulai trayek bus Ekonomi non AC Yogyakarta-Magelang-Semarang dan Gombong-Purworejo-Magelang-Semarang.
Pera 1990-an adalah masa jaya PO Santoso, dengan tagline Melegenda dan Tetap Terpercaya. Selain bus AKAP dan AKDP, Santoso juga melayani jasa Pariwisata dan ekspedisi jasa pengiriman paket.
PO Santoso sampai saat ini masih melayani rute AKAP dari Klaten - Wonosari - Yogyakarta - Magelang menuju Jakarta dan sekitranya. Di tengah gempuran bus pendatang baru, Mbah Santoso tetap bertahan.
3. PO Handoyo
PO Handoyo merupakan perusahaan otobus yang berkantor pusat di Magelang, Jawa Tengah. PO Handoyo didirikan pada 1970-an oleh Dibyo Wibowo. Adapun nama bus PO Handoyo diambil dari nama anak laki-lakinya, Daniel Handoyo.
Selain melayani Jawa, PO Handoyo melayani trayek ke Sumatera. PO Handoyo punya eksistensi yang tinggi sampai saat ini dan namanya terbilang besar.
4. PO Safari Dharma Raya (OBL)
Safari Dharma Raya atau orang menyebutnya dengan nama OBL, siangkatan nama pendirinya Oei Bie Lay, merupakan perusahaan otobus berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
OBL didirikan pada 1950-an, hingga saat ini masih eksis dengan banyak trayek. Satu hal yang unik dari PO ini adalah gambar empat ekor gajah yang tak pernah absen dari bodi armada mereka.
5. PO Rosalia Indah
PO Rosalia Indah berkantor pusat di Palur, Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. Bus ini melayani trayek Jakarta, Bogor, Tangerang, Merak, Lampung, daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur hingga ke Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan, dan Palembang).
Rosalia Indah sangat melegenda di dunia angkutan umum sejak 1983. PO bus yang didirikan Yustinus Soeroso ini memiliki banyak armada bus mewah dan double decker. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki pramugari dan pramugara yang siap melayani penumpang.
6. PO Haryanto
Siapa yang tidak kenal dengan PO yang bermarkas Kudus, Jawa Tengah ini. PO Haryanto didirikan oleh Haji Haryanto yang merupakan pensiunan anggota TNI di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad TNI Angkatan Darat, Tangerang.
PO Haryanto merintis usahanya ini melalui berbagai ujian dalam usaha, H Haryanto akhirnya merambah angkutan bus. Dari lima bus terus berkembang dan merupakan bus paling populer di media sosial dengan jumlah anggota komunitas di Facebook lebih dari 191.000.
PO yang dibangun Haji Haryanto pada awal 2000-an ini memiliki sekitar 300 unit bus dan 2.000 karyawan. Sebagai pemilik, H Haryanto dikenal sangat dermawan dan menjadi teladan bagi karyawannya.
Editor : Arbi Anugrah