SELANGOR, iNews.id - Tenaga kerja Indonesia ( TKI ) yang mencari rezeki di luar negeri memang dikenal luas sebagai pahlawan devisa. Peran mereka turut menyumbangkan devisa ke Indonesia.
Namun di balik gelar yang membanggakan itu, masih banyak pula TKI yang jarang pulang ke kampung halamannya karena berbagai faktor. Seperti ribuan tenaga kerja Indonesia mengadu nasib di Malaysia dengan bekerja di perusahaan Sony EMCS yang terletak di Bandar Baru Bangi. Mereka rata-rata sudah bekerja selama 10 tahun.
Salah satu TKI asal Surabaya, Juana Puji menceritakan selama bekerja di Malaysia. Perempuan yang biasa disapa Ana ini mengaku jarang pulang ke kampung halaman demi menghidupi keluarganya. Ditambah ongkos pulang ke Surabaya tidak murah.
Setiap lebaran Idul Fitri, Ana tidak pernah pulang. Dia bahkan menitipkan kedua anaknya kepada orang tuanya.
"Kalau setiap tahun pulang habis uangnya. Kalau pun pulang biaya tidak sedikit. Suami sudah tidak ada, anak pertama usia 20 tahun dan anak kedua usia 13 tahun, jadi saya kerja keras untuk menghidupi keluarga," kata Ana ketika ditemui Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia dan Indonesia (ISWAMI) di asrama pekerja asing, Pangsapuri Sri Ayu, Rabu (29/6/2022).
Menurut dia awal mula dirinya bekerja di Sony EMCS dengan mendaftar ke penyalur pekerjaan untuk perusahaan. Akhirnya dia memilih Sony EMCS karena saudaranya juga bekerja di perusahaan tersebut.
"Saya mengajukan Sony karena ada saudara, tentang fasilitas bagus akhirnya saya pilih sini," ujarnya.
Sementara sistem kerja di Sony EMCS, kata Ana menggunakan tiga sif. Pertama, sif masuk kerja pukul 05.00 sampai 13.00 waktu setempat.
Kedua sif masuk kerja pukul 15.00 sampai 23.00 dan sif tiga mulai pukul 17.00 sampai 00.00 waktu setempat.
"Kita juga ada waktu istirahat karena nggak full kerja," kata dia.
Untuk gaji per bulan yang diperoleh Ana sebesar 1.500 Ringgit Malaysia atau Rp5.065.831. Perempuan yang lulusan SMP ini mengaku bekerja dibagian quality control perusahaan yang memproduksi televisi.
"Bagian QC, kerja ikut SOP. Saya cek logistik antar barang kalau kesalahan salah antar saya tegur jangan sampai salah antar," katanya.
Selain itu, Ana difasilitasi oleh perusahaan untuk tinggal di asrama Pangsapuri Sri Ayu. Ana yang bersama 5 rekannya hanya membayar sewa asrama 10 Ringgit Malaysia per orang.
"Kita cuma 10 RM (Ringgit Malaysia) saja. Satu kamar ada satu orang, dan ada juga dua orang," katanya yang berangkat kerja menggunakan bus antar jemput dari perusahaan.
Luas asrama yang ditempati Ana 60 meter persegi dengan 3 kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Fasilitas televisi, sofa, kasur, karpet, peralatan dapur dan lainnya dari perusahaannya.
"Kita disediakan semua betul-betul ada. Kita hanya tinggal," katanya.
Asrama Khusus Perempuan
Pengurus Besar Kanan Pentadbiran, Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS) Saharom Mohni mengatakan seluruh asrama sebanyak 390 unit yang ditempat tenaga kerja asing di Pangsapuri Sri Ayu. Asrama ini khusus untuk perempuan.
"Tidak ada lelaki di sini, semua kediaman (tempat tinggal) untuk perempuan saja," kata Sahrom.
Untuk tamu para tenaga kerja asing harus melapor kepada pihak sekuriti. Mereka juga tidak boleh menginap meski tamunya keluarga atau orang tuanya.
"Kalau lelaki ke sini tidak boleh masuk sembarangan. Kami jaga sangat ketat. Kalau mereka berkeluarga suaminya tinggal di tempat lain," ujar dia.
Tak hanya tenaga kerja asing dari Indonesia yang tinggal di asrama, mereka juga ada yang berasal dari Vietnam, Thailand, Myanmar, Filipina dan Nepal.
PKNS selama ini bekerja sama dengan sejumlah perusahaan yang menempatkan tenaga kerjanya tinggal di asrama tersebut. Di antaranya Sony, Modern Icon, Metro Excel, Amazco, Karyatama Mitra, Nidec, Hitachi dan lainnya.
Para perusahaan harus membayar biaya sewa asrama untuk satu orang tenaga kerja asing 600 Ringgit Malaysia per bulan.
"Paling banyak pekerja Sony tinggal di sini," ucap dia.
Editor : Arbi Anugrah