BAGI seorang mukmin tak ada kata berhenti ibadah hingga saatnya berjumpa dengan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Hijr: 99 berfirman:
وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡنُ
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu."
Lanjutkanlah ibadah dan ketaatan, yaitu merendahkan diri dan tunduk kepada Allah ta’ala hingga datangnya al-yaqin yaitu kematian, karena kubur adalah fase pertama dari alam akhirat, dengan wafatnya seseorang dan memasuki alam akhirat, maka imannya akan menjadi iman yang sebenarnya." (Taisir Karim Ar-Rahman Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di)
Ustaz Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc dalam pesannya dalam grup kajian Islam dikutip pada Kamis (11/11/2021) menyebutkan, tidak ada istirahat bagi seorang mukmin sampai datangnya waktu perjumpaan dengan Allah. Abu Qotadah Rib’i Al Anshory menceritakan:
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (SAW) pernah dilewati pengiringan jenazah. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Ada orang yang mendapatkan kenyamanan (istirahat) dan ada pula yang orang lain menjadi nyaman (istirahat) karena ketiadaannya”.
Para sahabat bertanya, "Siapa itu orang yang mendapatkan kenyamanan (istirahat) dan orang yang orang lain menjadi aman (istirahat) karena ketiadaannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Seorang hamba yang mukmin adalah orang yang beristirahat dari keletihan dunia dan kesulitannya.
Sedangkan seorang hamba yang fajir/gemar maksiat maka hamba Allah yang lain, negeri dan pepohonan serta hewan yang beristirahat dari gangguannya.” (HR. Bukhori, 6512; Muslim, 950). Berkata sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu: Tidak ada istirahat bagi seorang mukmin sebelum berjumpa dengan Allah.(Hilyah Al-Auliya'wa Thobaqot Al-Ashfiya', Abu Nu'aim Al-Asbahany: 1/136).
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta