3. KH Wahab Chasbullah
Bersama dengan KH Hasyim Asy'ari dan sejumlah ulama lainnya, KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan salah seorang pendiri NU. Sebelumnya, beliau merupakan pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Pedagang).
Sejak 1924, kiai asal Jombang tersebut mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai-kiai lain.
Ia juga salah seorang penggagas Majelis Islam A'la Indonesia alias MIAI yang menjadi wadah pemersatu ormas-ormas Islam di masa Pergerakan Nasional dalam menghadapi politik adu domba pemerintah Hindia-Belanda.
KH Wahab Chasbullah juga pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU. Adapun kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 itu mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014.
4. KH Abdul Chalim
Kiai yang juga dikenal dengan nama Abdul Halim Majalengka karena terdapat sosok bernama serupa yakni mantan Perdana Menteri Abdul Halim adalah sosok ulama yang lahir di Desa Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 26 Juni 1887.
KH Abdul Chalim ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008.
Jasanya sangat besar terutama dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Semasa hidupnya, KH Abdul Chalim mendirikan berbagai lembaga dan ormas seperti Hayatul Qulub hingga Perserikatan Ulama Indonesia/Persatuan Umat Islam (PUI) yang berfokus terhadap pengembangan pengetahuan dan pengajaran agama Islam hingga meningkatkan pertanian, perdagangan dan perekonomian lainnya.
Selain itu, kiai yang meninggal di usia ke-74 tersebut juga aktif berpolitik. Selama masa pra-kemerdekaan, KH Abdul Chalim menjadi salah satu tokoh yang menuntut pembubaran Negara Pasundan bentukan Belanda. Beliau juga pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada periode tahun 1950-an.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta