“Merasakan sakit yang dialami Adele, atau mengingat rasa sakit kita sendiri, dapat menyebabkan perubahan kimiawi dalam diri kita. Mereka (hormon prolaktin dan oksitosin) membuat kita merasa tenang, terhibur, dan didukung”.
Dari ilmu psikologi, penulis Amerika James Baldwin mengatakan, lagu-lagu sedih mampu menggerakan karena melibatkan perasaan dan emosi. Meskipun lagu sedih hanya membuat sekitar 25% orang yang mendengar ikut sedih, selebihnya merasakan mengalami emosi atau perasaan yang sama, terhubung, atau punya ingatan akan kejadian serupa, layaknya bernostalgia.
Diketahui perasaan nostalgia ini dapat membantu meningkatkan rasa keterhubungan sosial, mengurangi perasaan tidak berarti, dan mengurangi kecemasan. Jadi, meskipun tidak membuat ikut sedih, mendengar lagu sedih memberi ruang untuk mengekspresikan kesedihan dan mengelola emosi.
Dampaknya ini meningkatkan empati, belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dengan lebih baik, dan mencoba memberi respons terhadap kesedihan dengan tepat. “Pengalaman belajar seperti itu akhirnya berkembang menjadi sesuatu yang menyenangkan,” kata James Baldwin.
Barang kali, apa yang dikatakan filsuf Jerman Friedrich Nietzsche benar, bahwa dibutuhkan rasa sakit, penderitaan, dan kesedihan untuk memberi hidup ini makna. “Seseorang yang memiliki alasan untuk hidup dapat menanggung semua rintangan,” katanya
Pada akhirnya, lagu-lagu Adele memiliki arti yang berbeda bagi kita masing-masing. Kita mendengarkan musik sedih ketika ingin merenung, atau bahkan untuk bersantai. Kita mendengarkan untuk merasakan keindahan, menerima kenyamanan, atau sekadar mengenang atau bernostalgia.
Editor : EldeJoyosemito