CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Stasiun Kroya yang berada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menjadi stasiun pertemuan antara jalur kereta api lintas selatan dari arah Bandung-Tasikmalaya dengan jalur kereta api lintas Utara dari arah Cirebon-Purwokerto. Pertemuan dua lintasan ini menjadikan stasiun Kroya merupakan salah satu stasiun yang memiliki tingkat lalu lintas KA tersibuk di Pulau Jawa.
Dirangkum dari berbagai sumber pada Jumat (14/10/2022), stasiun Kroya yang berada di Desa Bajing, Kecamatan Kroya ini pernah populer di tahun 1981 dalam film Kereta Api terakhir yang disutradarai oleh Mochtar Soemodimedjo dan dibintangi oleh Deddy Sutomo dan Gito Rollies. Film ini sendiri diambil dari sebuah novel Kereta Api Terakhir ke Jogjakarta berjudul 'Roman Revolusi 45 karya Pandir Kelana'.
Stasiun Kroya. Foto: Walkpedia
Sebuah kisah perjuangan bangsa Indonesia dengan latar belakang gagalnya Perjanjian Linggarjati. Film ini penuh dengan cerita romantik, baik terhadap kepahlawanan, maupun kisah cinta ayam dibaliknya.
Stasiun Kroya merupakan stasiun besar tipe B yang diperkirakan sudah ada sejak 20 Juli 1887, di mana ketika itu dilakukan pembangunan jalur kereta api Cilacap–Kroya–Kutoarjo–Yogyakarta. Pembangunan jalur ini juga semakin meluas pada 1 Juli 1916, di mana jalur kereta api Prupuk–Kroya dibangun untuk menjaring penumpang dari wilayah Kota Cirebon.
Sejak kereta api Eendaagsche Expres (ekspres satu hari) diresmikan oleh Staatsspoorwegen (SS) pada 1 November 1929, stasiun Kroya juga digunakan sebagai tempat penggabungan rangkaian Eendaagsche Expres yang melayani rute Batavia-Soerabaja pp dengan pengumpannya (KA feeder) yang datang dari arah Bandung.
Stasiun Kroya awalnya hanya terdiri atas sebuah bangunan utama dan peron yang memiliki kanopi hampir mirip dengan Stasiun Manggarai. Namun dengan meningkatnya volume angkutan penumpang di stasiun ini, bangunan stasiun ini kemudian diperbesar hingga akhirnya mengganti atap stasiun dengan atap overcapping yang memayungi jalur 1–3 pada dekade tahun 1990-an.
Stasiun Kroya sendiri memiliki sembilan jalur kereta api. Awalnya jalur 2 merupakan sepur lurus arah Bandung atau Cilacap maupun arah Kutoarjo, kemudian jalur 3 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Purwokerto, sedangkan jalur 1, 4, dan 5 digunakan sebagai jalur untuk persilangan dan penyusulan kereta api, sementara jalur 6 dan 7 sebagai jalur untuk parkir KA barang dan KA ketel, serta jalur 8 dan 9 sebagai jalur yang menghubungkan ke Depo Lokomotif, bengkel KA, dan UPT Depo Mekanik.
Saat ini lintas jalur pada stasiun ini menuju ke arah Cirebon dan Kutoarjo sudah berupa jalur ganda. Dengan adanya jalur ganda tersebut, rute Jakarta-Kroya melalui Purwokerto-Cirebon maupun sebaliknya sudah dapat ditempuh dalam waktu 5,5–6 jam saja. Jalur ganda tersebut secara bertahap akan disambungkan hingga ke Surabaya via Kertosono-Mojokerto.
Selain menjadi jalur kereta api yang memiliki tingkat lalu lintas KA terpadat, stasiun Kroya yang memiliki depo lokomotif di sebelah utara kompleks stasiun. Selain melayani perawatan lokomotif, depo stasiun Kroya ini juga sempat digunakan untuk menyimpan lokomotif dan rangkaian KA Serayu.
Namun, sejak rute perjalanan KA Serayu diperpanjang hingga Stasiun Purwokerto, secara otomatis rangkaian kereta tersebut dipindahkan lokasinya ke Depo Kereta Purwokerto.
Bukan hanya memikirkan depo lokomotif, stasiun Kroya juga memiliki bengkel kereta api yang terletak di sebelah barat kompleks stasiun dan merupakan bengkel kereta api terbesar di Daop V Purwokerto. Fungsinya mirip dengan balai yasa, yakni sebagai tempat perbaikan kereta api. Selain sebagai tempat perbaikan, bengkel ini dijadikan sebagai "kandang" untuk sarana kereta penolong milik Daop V.
Sejak jalur ganda tersebut dioperasikan, wujud stasiun ini sudah berubah dibanding sebelumnya. Atap overcapping yang memayungi jalur 1–3 stasiun ini telah diganti dengan atap yang baru yang berukuran lebih besar, serta menaungi jalur 1–6.
Peron pada stasiun Kroya juga telah diperpanjang dan ditinggikan, sehingga dapat memuat rangkaian kereta api yang panjang dan semakin memudahkan penumpang naik dan turun di peron stasiun.
Sedangkan untuk sistem persinyalan elektrik lama khas dari Daop V yang diproduksi oleh Westinghouse Rail Systems dan telah dipasang sejak 1999 juga sudah digantikan dengan yang sistem persinyalan terbaru produksi PT Len Industri. Sistem persinyalan overcapping tersebut kini telah dipindahkan ke Stasiun Sumpiuh.
Sama seperti stasiun lainnya yang berada di Daop V Purwokerto, Stasiun Kroya juga memperdengarkan lonceng atau lagu keroncong berjudul "Di Tepinya Sungai Serayu" karya Soetedja Poerwodibroto. Di mana lagu tersebut diperdengarkan setiap kali ada kereta api yang singgah untuk melayani penumpang maupun persilangan dan penyusulan antarkereta api.
Sebagai salah satu stasiun besar, hampir semua perjalanan kereta api penumpang tujuan Jakarta, Bandung, dan Cilacap maupun sebaliknya berhenti di stasiun ini. Namun demikian ada pula Kereta api yang melintas langsung (tidak berhenti) di stasiun ini, seperti KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga.
Selain itu, stasiun ini juga digunakan untuk putar arah lokomotif bagi kereta api angkutan barang selain Parcel ONS (bongkar muat barang) serta kereta angkutan semen Solusi Bangun Indonesia Cirebon-Karangtalun dan KA BBM Tegal-Maos yang datang dari arah Cilacap atau lintas selatan menuju Cirebon atau lintas utara, begitu pula sebaliknya.
Editor : Arbi Anugrah