get app
inews
Aa Read Next : Grebeg Sura di Desa Panunggalan, Bupati Ajak Lestrarikan Budaya Jawa

Kisah Pertemuan Sunan Kalijaga dan Bandit Rampok Madura, Terkejut Bisa Membaca Isi Hati

Kamis, 08 Desember 2022 | 14:47 WIB
header img
Sunan Kalijaga (foto: istimewa)

SURABAYA, iNewsPurwokerto.id - Sunan Kalijaga memiliki kesaktian untuk dapat mengetahui isi hati orang lain. Kesaktian dan karomah Sunan Kalijaga sebagai seorang waliullah itu didapatkan saat menjadi wali songo

Dikutip dari SINDOnews, kisah kesaktian Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Sahid ini berawal ketika dirinya bertaubat hingga akhirnya menjadi bagian dari wali songo penyebar Islam di tanah Jawa. Sebelum bertaubat, Raden Sahid dikenal sebagai seorang perampok yang hebat.

Bahkan karena kehebatannya namanya pun dikenal hingga penjuru tanah Jawa, termasuk Pulau Madura. Sementara di tanah Madura sendiri terdapat seorang bandit rampok yang juga cukup terkenal dan disegani bernama Cakrajaya.

Dikisahkan dari buku "Kesakitan dan Tarekat Sunan Kalijaga" tulisan Rusydie Anwar. Ketika itu Sunan Kalijaga sudah bertaubat sebagai seorang perampok dan menjadi murid dari Sunan Bonang.

Namun, Cakrajaya yang penasaran usai mendengar nama Sunan Kalijaga yang pada waktu itu begitu populer dan terkenal dengan nama Lokajaya, Cakrajaya bermaksud menemui Sunan Kalijaga yang diketahuinya masih menggeluti dunia hitam. 

Mengetahui hal itu, Sunan Bonang lantas memanggil Sunan Kalijaga dan mengatakan jika ada seseorang yang kemungkinan akan berniat jahat kepada Sunan Kalijaga. Sunan Bonang lantas meminta kepada Sunan Kalijaga untuk membersihkan hati sang bandit rampok bernama Cakrajaya yang sebelumnya akan menemui Sunan Kalijaga.

Pada suatu waktu, ketika Sunan Kalijaga tengah berjalan di sebuah perkampungan. Ia lantas berpapasan dengan warga kampung yang akan melaksanakan aktivitas, seperti pergi ke ladang dan ke pasar. 

Pada saat berjalan itu, Sunan Kalijaga menyanyikan syair-syair yang sangat merdu, hingga membuat seorang warga terpukau dengan syair-syair yang dinyanyikan oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memang memiliki cara yang unik saat menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Ia mengenalkan Islam dengan memadukan budaya Jawa seperti wayang dan mengarang sebuah tembang Jawa yang terkenal yaitu Ilir-Ilir.

"Syair itu sangat bagus," kata orang tersebut kepada Sunan Kalijaga ketika bertemu.

Namun orang tersebut tidak tahu jika sosok yang menyanyikan syair-syair merdu itu adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pun membalas perkataan orang itu, "kalau kamu mencari seseorang, maka akulah yang kamu cari," kata Sunan Kalijaga kembali ke orang itu.

Mendengar perkataan Sunan Kalijaga, membuat orang itu terkejut, orang itu tidak lain adalah Cakrajaya, perampok yang bermaksud menemui Sunan Kalijaga. Cakrajaya sempat kebingungan karena orang yang barusan membacakan sebuah syair itu mengetahui maksud kedatangannya ke daerah itu.

"Mana mungkin kau Lokajaya yang saya cari. Pakaianmu tidak sebagaimana perampok, tapi seperti orang berdakwah saja," jawab orang itu kembali ke Sunan Kalijaga.

"Itulah aku yang sekarang. Aku telah meninggalkan pekerjaanku dulu. Kalau kamu punya keperluan terhadapku, maka bersihkanlah dulu hatimu," timpal Sunan Kalijaga lagi.

Mendengar perkataan jawaban Sunan Kalijaga, Cakrajaya tertegun. Diam-diam Cakrajaya mengagumi Sunan Kalijaga, karena dapat mengetahui maksud hatinya datang ke tempat itu. Meskipun sebelumnya ia tidak pernah kenal dan bertemu.

Cakrajaya bahkan meyakini jika orang yang berada di depannya kini adalah orang hebat. Hal ini membuat dirinya memutuskan untuk berguru kepada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pun memberikan satu syarat kepada Cakrajaya. Cakrajaya diminta untuk pergi ke hutan bertapa merenungi dosa-dosanya.

Cakrajaya pun menuruti perkataan Sunan Kalijaga dan pamit pergi ke hutan untuk bertapa. Konon Cakrajaya bertapa selama 44 tahun, Sunan Kalijaga pun mengunjunginya, namun ia merasa kesulitan menemui Cakrajaya, karena hutan sudah sangat lebat.

Sunan Kalijaga pun berinisiatif membakar hutan itu, setelah api reda, ia baru dapat melihat Cakrajaya yang masih dalam posisi duduk bersila dengan pakaian terbakar, namun tubuhnya tidak terbakar sama sekali. Sunan Kalijaga pun akhirnya membangunkan Cakrajaya dari tempat bertapanya dan mengajarkan ilmu agama.

Sunan Kalijaga lantas meminta kepada Cakrajaya untuk membangun sebuah desa di atas tanah bekas tempat ia bertapa dan terbakar. Sunan Kalijaga pun mengganti nama Cakrajaya menjadi Kiai Geseng, geseng yang berarti terbakar. 

Kelak nama desa itu dikenal dengan nama Desa Geseng, sebuah desa kuno yang ada di daerah Tuban, Jawa Timur.

 

Editor : Aryo Arbi

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut