get app
inews
Aa Read Next : Ini Alasan Kenapa Kucing Tidak Masuk Surga

Sejarah Panjang Masjid Saka Tunggal, Tertua di Indonesia dan Masih Gunakan Penanggalan Jawa

Jum'at, 31 Maret 2023 | 05:19 WIB
header img
Arsitektur bagian dalam Masjid Saka Tunggal di Cikakak, Wangon, Banyumas. Foto: Arbi Anugrah

Sebab bangunan asli masjid sudah mengalami perubahan pada tahun 1976, sedangkan untuk melihat ornamen aslinya sudah tidak dapat ditemukan oleh generasi saat ini, karena kehilangan bentuk ornamen pada tahun 1976. Bangunan utuh yang masih bertahan hanya saka tunggal.

Berdasarkan catatan yang ada, Masjid Saka Tunggal masuk dan diakui sebagai salah satu cagar budaya pada tahun 1989, dan pada tahun 1976 masih bernama Masjid Baitussalam. Namun jauh sebelum itu, Masjid Saka Tunggal tidak memiliki nama, hanya sebuah masjid yang dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai masjid Cikakak.

Hingga kini, tradisi yang masih kental dan masih terus dilestarikan oleh masyarakat sekitar Masjid Saka Tunggal adalah tradisi penjarohan atau jaroh, yakni ziarah dengan tujuan menghormati leluhur, yang biasa digelar setiap tanggal 26 Rajab. Dalam kegiatan tersebut biasanya warga sekitar akan bergotong - royong mengganti pagar bambu yang mengelilingi masjid dan juga makam yang berada sekitar masjid.

 Jaroh sendiri menurut penuturannya masyarakat sekitar adalah menjaga njaba lan njero atau menjaga luar dan dalam. Artinya menjaga tali silahturahmi dengan sesama dan juga menjaga kepercayaan kepada Allah SWT.

Bukan hanya bangunan, sejarah dan legendanya yang unik dimiliki masjid tertua di Indonesia ini. Jema'ah masjid ini juga dikenal memiliki cara yang berbeda dalam menentukan hari-hari besar Islam, yakni dengan menggunakan perhitungan Jawa atau tidak bergantung pada bulan seperti tahun hijriyah. 

Dalam Islam Aboge, dipercayai perhitungan berdasarkan delapan tahun atau sewindu. Satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.

Perhitungan Aboge sendiri mulai dipakai pada abad ke-14 oleh para wali. Penanggalan tersebut kemudian disebarluaskan oleh ulama bernama Raden Rasid Sayid Kuning yang berasal dari Kerajaan Pajang.

Berdasarkan penelitian pola permukiman komunitas Islam Aboge serta struktur bangunan Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak oleh Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma (Unwiku) Purwokerto. Masjid tersebut diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.

Hal tersebut diketahui berdasarkan angka 1288 yang terdapat pada tiang atau saka tunggal masjid. 1288 disebut merupakan tahun Hijriyah yang jika dikonversi ke tahun Masehi menunjuk pada tahun 1522.

 

Editor : Aryo Arbi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut