Di bawah undang-undang, siapa pun yang menghina atau mengkritik monarki dapat dipenjara hingga 15 tahun.
Tapi tagar Thailand yang diterjemahkan menjadi "Mengapa kita membutuhkan seorang raja?" muncul 1,2 juta kali di Twitter dalam waktu 24 jam kala itu. Tagar ini semakin viral setelah seorang aktivis mengklaim Vijaralongkorn sedang berlibur di Jerman sementara wabah terus menyebar ke seluruh Thailand.
Aktivis Somsak Jeamteerasakul, yang tinggal di pengasingan di Prancis, memposting serangkaian posting Facebook yang mengklaim Vajiralongkorn terbang dari Swiss ke berbagai titik di Jerman dari awal Maret karena "kebosanan".
Jeamteerasakul adalah kritikus vokal terhadap monarki Thailand dan undang-undang lèse-majesté.
“[Vajiralongkorn akan] membiarkan orang-orang Thailand khawatir tentang virus. Bahkan Jerman khawatir tentang virus [tetapi] itu bukan urusannya,” tulisnya.
The Times melaporkan Raja Thailand tidak tampil di depan umum di negara asalnya sejak Februari kala itu.
Sang Raja diketahui memimpin pemerintahannya di Thailand pada 2016 setelah kematian ayahnya, Bhumibol. Meskipun tidak ada cara untuk mengukur popularitasnya di antara orang Thailand karena undang-undang lèse-majesté yang ketat, namun dia diyakini tidak begitu dicintai seperti ayahnya, yang telah memerintah selama lebih dari 70 tahun.
Editor : Arbi Anugrah