JAKARTA, iNews.id - Beberapa hari terakhir peristiwa gempa bumi mengguncang wilayah Indonesia, mulai dari gempa Banten yang masih terjadi hingga gempa bumi di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Musibah gempa bumi juga pernah terjadi di zaman para Nabi.
Bahkan di masa Umar Bin Khattab yang dikenal sebagai pemimpin adil, gempa bumi pernah melanda Madinah. Hampir saja Madinah berguncang hebat. Ketika gempa bumi terjadi, Umar berseru: "Wahai bumi, apakah aku berbuat tidak adil?" Bumi pun kembali tenang. Dalam Kitab al-Majalis al-Saniyyah karya Ahmad bin Syekh Hijaz diceritakan, Umar berkata, "Tenanglah. Saya orang yang adil. Jika saya tidak bisa berbuat adil, maka celakalah Umar." Tak lama kemudian bumi menjadi tenang dan tidak pernah ada lagi gemba bumi setelah itu.
Allah memberitahukan kabar gembira bagi orang yang sabar apabila mereka ditimpa musibah mereka mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS Al-Baqarah: 156)
Al-Qur'an telah memperingatkan manusia tentang bencana yang sewaktu-waktu datang. Adapun bentuk bencana yang dijelaskan Al-Qur'an antara lain bencana dari luar angkasa, bencana dari perut bumi seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, bencana cuaca ekstrem, angin, bencana penyakit dan lain sebagaianya.
Tidak satu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) melainkan semuanya telah tertulis dalam kitab (Lawhul Mahfuzh). Sedikitnya ada 51 ayat dalam Al-Qur'an yang membicarakan tentang alam.
Sebagian orang beranggapan bahwa bencana semata-mata karena takdir dari Allah. Namun, perlu diketahui sunnatullah itu terjadi karena sebab akibat. Boleh jadi manusia lupa akan tugas-tugas kekhalifahan di atas bumi.
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum Ayat 41)
Kata "musibah" disebutkan sebanyak 76 kali dalam Al-Qur'an dengan kata yang seakar dengannya. Musibah berarti sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa manusia. Ada beberapa hikmah yang dapat ditarik dari Al-Qur'an terkait musibah.
1. Musibah Terjadi karena Ulah Manusia
Artinya, musibah terjadi karena dosa dan perbuatan buruk manusia. Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an:
وَمَاۤ اَصَابَكُمۡ مِّنۡ مُّصِيۡبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِيۡكُمۡ وَيَعۡفُوۡا عَنۡ كَثِيۡرٍؕ
"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)
Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah mengampuni sebagian besar dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat hamba-Nya sebagai satu rahmat besar yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Sebab kalau tidak, niscaya manusia akan dihancurkan sesuai dengan timbunan dosa yang telah diperbuat mereka. Di ayat lain, Allah berfirman: "Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri...." (QS an-Nisa: 79)
2. Musibah Tidak Terjadi Kecuali Atas Izin Allah
Allah menerangkan apa yang menimpa manusia, baik kenikmatan dunia maupun siksa adalah qadha' dan qadar, sesuai kehendak-Nya.
مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ وَمَنۡ يُّؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ يَهۡدِ قَلۡبَهٗؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ
"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun Ayat 11)
3. Musibah Bertujuan untuk Menempa Manusia
Ketika diberi ujian musibah, manusia tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Justru musibah hendaknya menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
{مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23) الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (24) }
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji." (QS Al-Hadid ayat 22-24)
Hikmah dari Bencana
Peristiwa musibah sejatinya ujian dan cobaan agar kita mampu mengambil hikmah sehingga Allah meninggikan derajat manusia di sisi-Nya. Musibah juga menjadi 'teguran' bagi manusia agar berbuat baik terhadap sesama dan berjalan di atas bumi dengan kerendahan hati. Menyadari bahwa manusia itu "faqir" di sisi Allah dan setiap saat butuh pertolongan-Nya.
Salah satu sikap yang disukai Allah ketika terjadi musibah yaitu berdoa dan senantiasa bersabar. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Baqarah Ayat 156 berikut.
الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (Al-Baqarah ayat 156)
Balasan bagi seorang muslim yang tertimpa musibah sekecil apapun, maka Allah akan menghapuskan dosa dan kesalahannya. Apabila ia mampu bersabar dan mengharapkan pahala dari musibah itu, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan tambahan kebaikan.
Editor : Arbi Anugrah