Sanjoto mengakui bahwa perang gerilya saat itu penuh semangat untuk mengusir penjajah. Ia pun mengaku gembira ketika berhasil memgalahkan Belanda.
"Ranjau mereka berhasil dilindas rombongan truk kami lalu meledak. Ada belasan tentara Belanda dalam truk dan gugur, sementara yang lainnya balik arah untuk kabur. Kami bergegas melucuti senjata mereka dan kami dapatkan belasan pucuk senjata," ucapnya.
Lalu, Sanjoto menjelaskan perbedaan antara tentara saat itu dengan masa sekarang, terutama dalam hal senjata yang lebih modern. Mereka harus mempertimbangkan baik-baik kapan dan bagaimana menggunakan senjata mereka.
Setelah selesai menumpas Belanda, pangkat Sanjoto tiba-tiba turun dari Letnan Muda menjadi kopral karena adanya rekonstruksi di TNI, padahal saat itu karirnya sedang ada di puncak.
Tetapi kemudian dia menerima pangkat Sersan Polisi Tentara dan terus berjuang di bawah komando Kolonel Gatot Soebroto.
Sanjoto kemudian ditugaskan ke Slawi Tegal selama Penumpasan DI/TII, di mana ia menguji Rebues atau SIM Militer Letkol Ahmad Yani. Ahmad Yani meminta Sanjoto menjadi pengawalnya, dan ini membantu Sanjoto naik pangkat menjadi Sersan Mayor.
Editor : Hikmatul Uyun