Keempat: Qadha puasa tetap wajib berniat di malam hari (sebelum subuh) sebagaimana kewajiban dalam puasa Ramadhan. Puasa wajib harus ada niat di malam hari sebelum subuh, berbeda dengan puasa sunah yang boleh berniat di pagi hari.
Dari Hafshah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
"Barang siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya." (HR Abu Daud Nomor 2454; Tirmidzi 730; An-Nasai 2333; dan Ibnu Majah 1700. Para ulama berselisih apakah hadits ini marfu’—sampai pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam—ataukah mauquf— hanya sampai pada sahabat. Yang menyatakan hadis ini marfu’ adalah Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, An-Nawawi. Sedangkan yang menyatakan hadis ini mauqufadalah Al-Imam Al-Bukhari dan itu yang lebih sahih. Lihat Al-Minhah Al-‘Allam fii Syarh Al-Bulugh Al-Maram, 5:18-20)
Adapun puasa sunah (seperti puasa Syawal) boleh berniat dari pagi hari hingga waktu zawal (matahari tergelincir ke barat). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ
"Imam Nawawi membawakan judul bab untuk hadits di atas 'Bolehnya berniat di siang hari sebelum zawal untuk puasa sunah. Boleh pula membatalkan puasa sunnah tanpa ada uzur. Namun yang lebih baik adalah menyempurnakannya."
Imam Nawawi juga berkata, "Menurut jumhur (mayoritas) ulama, puasa sunah boleh berniat di siang hari sebelum waktu zawal." (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 32–33)
Kelima: Ketika ada yang melakukan qadha’ puasa lalu berhubungan intim di siang harinya, maka tidak ada kewajiban kafarah, yang ada hanyalah qadha’ disertai dengan tobat. Kafarah berat (yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu berarti berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu berarti memberi makan pada 60 orang miskin, red) hanya berlaku untuk puasa Ramadhan.
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Arbi Anugrah