Dari penelusuran tim di sembilan kecamatan di Kota Purwokerto dan sekitarnya, Riswoto mengatakan bahwa tim menemukan sejumlah fakta terkait ATS ini. Sebagian ATS merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sementara yang lainnya adalah anak yang jauh dari pengawasan dan pengasuhan orang tua.
"Sebagian anak berasal dari keluarga yang mengalami perceraian. Selain itu, ada pula anak yang ditinggal ibunya merantau di luar kota hingga luar negeri. Akibatnya, mereka putus sekolah dan membentuk komunitas tersendiri sebagai ATS," jelasnya.
Sementara Kepala SKB Ajibarang, Slamet Sularto, juga menyatakan bahwa melalui pendekatan persuasif, tim melakukan upaya agar ATS bisa kembali bersekolah, termasuk melalui pendidikan nonformal. Melalui program Kejar Paket A, B, dan C, ATS yang masih usia sekolah mendapatkan fasilitas gratis karena mereka berhak mendapatkan bantuan operasional peserta didik.
"Kami langsung turun ke lapangan bersama para kader di tingkat desa dan kelurahan untuk melakukan tindakan persuasif. Yang penting, kita memotivasi anak-anak agar mau bersekolah lagi," ujarnya.
Editor : Elde Joyosemito