Wamenkop: Koperasi Merah Putih Jadi Pilar Baru Ekonomi Kerakyatan di Banyumas Raya

Dalam forum yang sama, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Prof. Dr. Sugeng Priyadi, mengapresiasi langkah pemerintah membangkitkan kembali koperasi sebagai penggerak ekonomi desa. Namun, ia juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi di tengah dominasi ekonomi kapitalistik di perdesaan saat ini.
“Koperasi dihidupkan di zaman Soeharto, setelah itu tak terdengar lagi,” kata Sugeng.
Ia menambahkan bahwa praktik kapitalisme telah merasuki sektor pertanian hingga ke akar rumput, mulai dari bibit, pupuk, hingga alat produksi yang dikendalikan oleh para pemodal. Akibatnya, masyarakat desa menjadi lebih individualistik dan sulit diajak bergotong royong seperti semangat awal koperasi.
“Orang-orang kaya di desa sudah kapitalistik. Mereka sudah berada di zona nyaman,” ucapnya.
Namun, Sugeng tetap optimis bahwa Koperasi Merah Putih dapat menjadi alat transformasi untuk membentuk sistem ekonomi yang lebih adil dan kolaboratif.
“Koperasi hadir untuk mengubah perilaku ekonomi yang individualis dan kapitalis menjadi demokratis. Tujuannya adalah kesejahteraan bersama, bukan untuk segelintir orang,” tegas Sugeng.
Acara ini terselenggara atas kolaborasi berbagai pihak, termasuk Kementerian Koperasi dan UKM, Permodalan Nasional Madani (PNM), Bank Negara Indonesia (BNI), Hotel Luminor, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), SMK Negeri 3 Banyumas, dan PT KAI DAOP 5 Purwokerto.
Editor : Aryo Arbi