Mengikuti Jejak Al Qodri, Tukang Angon Bebek Keliling dari Banjarnegara

Di balik sawah yang tenang, ada ancaman yang tak terlihat. Penyakit, serangan hewan liar, hingga lintah yang bisa menempel di tenggorokan bebek jadi musuh harian Qodri. Ia sudah hafal gejala: bebek yang terlihat mengantuk biasanya sedang tak sehat.
“Kadang kami kasih pakan yang dicampur obat cacing. Tapi kalau ada lintah di mulutnya, harus cepat diambil. Kalau telanjur tertelan, bisa bahaya,” ujarnya sambil menunjukkan lintah kecil hasil buruannya dari seekor bebek.
Meski penghasilan pas-pasan dan pekerjaannya penuh risiko, Qodri mengaku tak pernah ingin berhenti. Ada kedamaian yang hanya bisa ia temukan di tengah sawah, di antara gemericik air irigasi dan keriuhan kawanan bebek.
“Kalau sudah di sini, dengar suara bebek, rasanya damai. Entah mereka marah atau sedang tertawa, tapi saya merasa ditemani,” katanya, menatap sawah yang menghampar sejauh mata memandang.
Al Qodri bukan sekadar tukang angon. Ia adalah penjaga ritme alam, penyambung hidup ratusan bebek, dan saksi bisu kehidupan pedesaan yang kian jarang dilirik. Dalam kesederhanaan dan kesunyian sawah, ia menemukan arti kerja, kejujuran, dan kebahagiaan yang tak bisa dibeli.
Editor : EldeJoyosemito