Bupati Banyumas Berbagi Rahasia Sukses Kelola Sampah, Hemat Miliaran Rupiah.

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id – Perkumpulan Tenaga Ahli Lingkungan Hidup Indonesia (PERTALINDO) menggelar Seminar Nasional bertema “Menakar Kesaktian Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia” di Hotel Golden Boutique Kemayoran, Jakarta.
Acara ini dihadiri jajaran pengurus PERTALINDO dari seluruh Indonesia, perwakilan organisasi lingkungan, pemerhati persampahan, serta instansi lingkungan hidup tingkat provinsi hingga kabupaten/kota, baik secara langsung maupun daring.
Seminar yang dipandu Dr. Ketut Gede Dharma Putra tersebut menghadirkan tiga narasumber utama: Direktur Penanganan Sampah-Koordinator Pokja TPA dan Sampah Spesifik KLHK, Dra. Melda Mardalina, M.Sc.; Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Prof. Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D.; dan Bupati Banyumas, Drs. Sadewo Tri Lastiono, MM.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, membagikan pengalaman daerahnya dalam mengatasi persoalan sampah. Ia mengakui bahwa pengelolaan sampah di Banyumas awalnya memprihatinkan dan bahkan kerap dijadikan isu politik. Melalui inovasi, keberanian mengambil keputusan, dan penyediaan anggaran, pemerintah daerah berhasil membangun 42 unit TPS3R, PDU, dan TPST yang kini beroperasi baik.
Banyumas juga menerapkan skema pembiayaan berbasis masyarakat melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), yang menyerap 1.700 tenaga kerja sekaligus menghemat belanja operasional persampahan APBD sebesar Rp5–10 miliar per tahun.
Hingga 2025, terdapat 30 KSM aktif yang menjadi tulang punggung pengelolaan sampah di daerah tersebut. Sadewo optimistis Banyumas mampu mencapai target bebas masalah sampah pada 2029.
Sementara Melda Mardalina memaparkan kondisi persampahan nasional yang masih menjadi tantangan besar. Dari total timbulan sampah 56,63 juta ton per tahun, hanya 39,01 persen yang terkelola, sementara 60,99 persen sisanya belum tertangani.
Sekitar 22,17 juta ton sampah dibuang ke lingkungan, dan 12,37 juta ton masuk ke TPA sistem open dumping.
KLHK menekankan pentingnya pemilihan teknologi ramah lingkungan yang sesuai kondisi daerah, baik pada skala kecil seperti daur ulang, komposting, maggot, dan biogas, maupun skala besar seperti MRF, RDF, dan WTE.
Sementara itu, Prof. Akhmad Zainal Abidin memperkenalkan inovasi Zero Waste Management System atau Teknologi MASARO yang telah mengantongi lebih dari 14 paten.
Teknologi ini meliputi produk POCI, KOCI, dan biokomposter yang mampu mengolah kompos dalam 7–10 hari tanpa bau dan memenuhi standar SNI.
Ia juga menyoroti potensi ekonomi MASARO yang dinilai menguntungkan, dengan contoh penerapan sukses di berbagai daerah seperti Indramayu, Majalengka, Ciamis, dan Gorontalo.
Seminar ini mengungkap bahwa meski regulasi pengelolaan sampah di Indonesia sudah memadai, lemahnya pengawasan, keterbatasan anggaran, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah masih menjadi hambatan utama.
Teknologi pengelolaan pun sudah tersedia, namun penerapannya memerlukan penyesuaian terhadap kondisi daerah.
Oleh karena itu, inovasi berkelanjutan dan adopsi praktik terbaik dari daerah yang sukses, seperti Banyumas, dinilai krusial untuk mempercepat solusi atas permasalahan sampah nasional.
Editor : EldeJoyosemito