DPRD Jateng dan Wartawan di Banyumas Diskusi Jurnalisme di Era Digital
Kedua, tekanan ekonomi digital yang mendorong media terjebak pada praktik sensasional demi mengejar klik dan iklan. Ketiga, disrupsi profesi, di mana kehadiran content creator tanpa latar belakang jurnalistik sering mencampuradukkan opini dan fakta tanpa memperhatikan etika.
“Berita yang cepat boleh, tapi berita yang benar dan berimbang adalah kewajiban,” katanya menegaskan.
Ari juga menyoroti peran media lokal dalam mencegah polarisasi dan mengedukasi masyarakat. Ia menilai media bukan sekadar penyampai informasi, melainkan penggerak literasi publik agar tidak mudah terprovokasi narasi sepotong-sepotong.
Dalam kesempatan itu, ia menekankan komitmen DPRD Jawa Tengah untuk membuka ruang dialog bersama media. “Kolaborasi antara DPRD dan media bukan untuk mengatur, tetapi untuk mencerdaskan masyarakat bersama,” ujarnya.
Menutup diskusi, Ari mengajak para jurnalis untuk terus menjaga integritas profesi di tengah tekanan algoritma digital. Ia menegaskan bahwa demokrasi yang sehat tidak akan lahir tanpa media yang berimbang dan berintegritas.
“Masyarakat yang cerdas lahir dari pemberitaan yang berimbang. Mari kita jaga komitmen ini bersama, demi Jawa Tengah yang transparan, demokratis, dan tercerahkan,” pungkasnya.
Editor : EldeJoyosemito