PEKALONGAN, iNews.id - Para personel TNI di 20 Koramil di Kodim 0710/Pekalongan dikerahkan untuk memberikan bantuan minyak goreng kepada warga yang membutuhkan. Bantuan tersebut berasal dari Korem 071/Wijayakusuma. Secara total, ada 1 ton minyak goreng yang digelontorkan untuk masyarakat tidak mampu di Pekalongan.
Pembangian dilaksanakan door to door oleh Babinsa dari 20 Koramil di wilayah Kodim 0710/Pekalongan. Setiap warga mendapatkan jatah satu liter. Bantuan tersebut diperuntukkan bagi warga tidak mampu dari seluruh golongan. Tanpa melihat agama, suku, ras dan antargolongan (SARA). Semuanya dibagi rata bagi mereka yang kurang mampu.
Para personel TNI tidak hanya membagikan di wilayah perkotaan saja, tetapi juga warga di pelosok desa, seperti daerah pegunungan terpencil dan daerah pesisir pantai.
Minyak goreng yang dibagikan untuk warga di Pekalongan tersebut, merupakan bagian dari upaya Korem 071/Wijayakusuma dalam mengurangi beban masyarakat karena sulitnya mendapatkan minyak goreng.
Secara keseluruhan, Korem 071/Wijayakusuma menyalurkan 6 ton, 1 ton di antaranya untuk warga Pekalongan. Sedangkan 5 ton lainnya akan dibagikan ke seluruh wilayah Korem 071/Wijayakusuma. Yang wilayahnya meliputi Banyumas, Cilacap sampai dengan perbatasan Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga, Tegal, Brebes, Batang, Pekalongan serta Pemalang.
Pihak Korem dan Kodim berharap kegiatan tersebut dapat membantu masyarakat yang sangat membutuhkan. Terutama warga yang kesulitan mendapatkan atau membeli minyak goreng dengan harga terjangkau.
Salah seorang warga Desa Api-api, Kecamatan Wonokerto, Pekalongan Azizah (56) mengaku bahagia atas bantuan minyak goreng dari TNI. Dia mengaku, selama ini kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng. Kalau memang ada, harganya sudah tinggi.
“Saya ucapkan terima kasih kepada bapak-bapak TNI yang telah peduli dengan memberikan minyak goreng gratis ini. Jelas akan sangat membantu sekali buat kami. Karena saat ini kami sangat sulit mendapatkan minyak goreng dengan harga yang murah,”ujarnya.
Editor : EldeJoyosemito