4. Al-Mawardi –Rahimahullah– (wafat 450 H):
اعلم أنه يقال زكاة الفطر وزكاة الفطرة، فمن قال زكاة الفطر أوجبها بدخول الفطر، ومن قال زكاة الفطرة، فأوجبها على الفطرة، والفطرة: الخلقة
Ketahuilah bahwa ia bisa disebut dengan istilah “Zakat Fitri” dan “Zakat Fitrah“.
Orang yang mengatakan zakat fitri, ia mewajibkannya dengan masuknya hari berbuka, sedang yang mengatakan zakat fitrah, ia mewajibkannya atas “fitrah“, maksud kata “fitrah” di sini adalah penciptaan.
(al-Hawi 3/348)
5. Al-Ghozali –Rahimahullah– (wafat 505 H) :
وأما زكاة الفطرة، فوقت وجوبها استهلال شوال، ويجوز التعجيل إلى أول رمضان
Adapun awal wajibnya Zakat Fitrah, itu dari masuknya Bulan Syawal, dan boleh diajukan hingga awal Bulan Ramadhan.
(Al-Wasith 2/447)
6. Ibnu Qudamah –Rahimahullah– (wafat 620 H)
وزكاة الفطرة تجب على البدن
Zakat Fitrah itu diwajibkan atas badan.
(al-Mughni 4/303)
7. Imam Nawawi –Rahimahullah– (wafat 676 H):
يقال للمخرج فطرة -بكسر الفاء لا غير-، وهي لفظة مولدة لا عربية ولا معربة بل اصطلاحية للفقهاء، فتكون حقيقة شرعية على المختار، كالصلاة والزكاة
Sesuatu yang dikeluarkan (pada zakat fitri) disebut (dengan istilah) “fitrah” -dengan harokat kasroh pada huruf fa’nya, tidak dengan harokat lainnya-,
Istilah ini termasuk istilah yang muwalladah, ia bukan dari bahasa arab, bukan pula dari kata serapan.
Tapi ia merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli fikih, sehingga menurut pendapat yang kami pilih, ia termasuk dalam kategori hakekat syar’iyah, sebagaimana kata sholat dan zakat.
(al-Majmu’ 6/61)
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta