Untuk menikmati servis pijatannya, Subkhan mematok harga senilai Rp50.000 khusus sopir angkutan umum. Sementara, bagi pemudik kendaraan pribadi dikenakan tarif sebesar Rp.100.000.
"Kalau saya di kapal khusus untuk sopir itu Rp50.000 sebadan. Masalahnya kan sopir itu tiap hari mondar-mandir, kalau untuk pribadi itu biasanya Rp100.000 seluruh badan. Tapi kalau dia enggak mampu ya enggak apa-apa, ada juga yang Rp30.000," ujarnya.
Disinggung soal mudik, Subkhan mengaku tak menjalani tradisi tahunan tersebut seperti kebanyakan orang. Pasalnya, dia menyebut orang tua dan istrinya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Kini, Subkhan hanya tinggal bersama ketiga anaknya di kawasan Serang, Banten. Dia sendiri merupakan pria asal Cepu, Jawa Tengah.
"Saya enggak mudik karena keluarga udah pada meninggal, istri juga udah meninggal. Saya disini sama anak tiga, ya jadi disini udah kayak rumah sendiri. Hasil pijit juga saya kumpulin," katanya.
Tak hanya jasa pijat, Subkhan mengaku kerap ngamen hingga berjualan aksesoris ponsel pintar. Hal ini dilakoni demi menjaga asap dapur agar terus mengepul.
"Saya ngamen juga, terus dagang kopi, jual power bank, headshet, ini tas-tas semua ini isinya dagangan. Yang penting saya itu dapat uang buat mencukupi keluarga," ucapnya.
"Kalau pagi saya bangun jam 04.00 WIB, terus sahur, salat subuh, terus berangkat dagang dulu, nanti kalau udah laku, kapal jaya nyandar, baru saya naik kapal, mijit. Ganti pakaian lagi kita harus sopan, pakai kopiah juga," tuturnya.
Subkhan pun tak lupa memberikan pesan kepada para pemudik. Dia mengimbau untuk menjaga kesehatan selama diperjalan.
"Ya buat para pemudik jaga kesehatan, kalau capek ya istirahat, bisa pijat juga sebelum naik kapal atau di kapalnya," ucap Subkhan.
Editor : Arbi Anugrah