Berbeda dengan Tarmi, Sutiah merupakan pengrajin asal Karanggude, Karanglewas, Banyumas. Ia juga mengaku bahwa tidak seperti penjual selongsong ketupat pada umumnya, wanita berusia 62 tahun ini tak pernah mematok harga.
"Aku jualnya macem-macem mas, Rp 10.000, Rp 8.000, Rp 7.500, orang kan ada yang gak mampu, wong Rp 10.000, bayar langsung, yang ngeyang/nawar ya ada, yang Rp 5.000 pun tak kasih. Saya orangnya kaya gtu, ga bisa gitu lah yang harus Rp 10.000, yang tadi itu Rp 5.000, tak kasih," jelas nenek yang sudah datang sejak pukul 04.30 WIB.
Kendati tak mematok harga, di hari sebelumnya Sutiah mampu membukukan pendapatannya sebesar Rp 760.000 dalam kurun waktu sehari.
"Namanya orang berjualan yas mas, perjuangan sih ini, yang penting ada usaha," sambungnya.
Selain itu, Sutiah juga menceritakan perjuangannya dalam berjualan selongsong ketupat. Waktu itu dirinya pernah ditegur oleh petugas keamanan karena kedapatan berjualan di trotoar.
"Baru dibikin ini ya (renovasi Pasar Manis), kan ga boleh buat jualan di sini yaa (trotoar depan Pasar Manis), aku kan orangnya bandel jadi nekat di sini aja. Terus di datengi satpol PP, suruh mau dibawa, ya sanah dibawa aja, ga jualan tiap hari aja. Tapi akhire ga dibawa. Orang jualannya ga tiap hari cuman 3 hari," kenang wanita yang sudah menggeluti kerajinan ketupat sejak tahun 1975.
Editor : Arbi Anugrah