Mereka berdua sudah menjalani peruntungan sebagai pengatur lalu lintas di Simpang Tiga pasar Patikraja selama kurang lebih dua tahun. Sehari-sehari, mereka mulai terjun untuk mengatur laju kendaraan dari pagi sampai malam.
"Dari jam 9 pagi, mas, kalo kuat kaya kemarin ya sampe jam 11 malem," ujar pria kelahiran 1978 itu.
Dengan hasil jerih payahnya tersebut, Yono, sang kakak berusaha memenuhi kebutuhan istri dan kedua anaknya. Yono dan keluarganya sendiri tinggal di daerah Notog, Banyumas.
Sedangkan, Yanto, sang adik, terpaksa harus mengurus tiga anaknya seorang diri. Ia dan ketiga anaknya yang masih kecil tinggal di daerah Timur Balai Desa Patikraja, Banyumas.
"Paling banyak bisa sampai Rp 150 ribu dalam kurun waktu mas, biasanya di kalau nggak di hari Sabtu ya Minggu, apalagi kalo tanggal muda, kalo sepi paling-paling Rp50 ribu sampai Rp60 ribu, mas. Yang penting bisa buat beli rokok," jelas Yanto sembari menghempaskan asap dari mulutnya.
Duo nyentrik pengatur lalu lintas ini memiliki penampilan memang tampil berbeda dari pengatur lalu lintas disetiap persimpangan jalan pada umumnya. (Foto: Ist)
Tak hanya mencari peruntungan saja, sumbangsih mereka secara suka rela dalam mengatur lalu lintas juga diakui oleh pihak Satlantas Polresta Banyumas.
Seperti yang diutarakan Aipda Anton, petugas Pos PAM Patikraja yang sangat berterima kasih atas bantuan duo nyentrik yang merupakan saudara kembar itu. Di tengah ramainya arus kendaraan pemudik, kedua saudara kembar itu sangat membantu dalam mengurai kemacetan di persimpangan tersebut.
"Itu membantu petugas Kepolisian untuk mengatur lalu lintas. Dia sukarela, warga Patikraja dan dia kakak beradik, kembar. Kita berterima kasih lah, mereka luar biasa sudah membantu kami," kata Aipda Anton saat ditemui di Pos PAM Patikraja.
Editor : Arbi Anugrah