“Tetapi yang paling penting adalah sampahnya bisa diselesaikan. Jadi, kita mau cek juga hal-hal apa saja yang dapat dicontoh dari Banyumas,”kata dia.
Sementara Bupati Banyumas Achmad Husein memaparkan mengenai penanganan sampah yang dilakukan di TPA BLE. Sampah yang masuk ke TPA BLE sebetulnya merupakan residu yang dihasilkan oleh tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).
“Meski ada TPST, namun sebagian masih ada residu. Sehingga residu masuk ke TPA BLE,”jelasnya. Bupati menjelaskan bahwa sampah anorganik bisa diproses menjadi RDF. Sebagian sampah plastik yang tidak masuk proses RDF, masuk mesin pirolisis. Ada juga sampah plastik yang kemudian diproses menjadi batako.
“Kalau sampah organik, menjadi pakan magot. Karena di sini juga ada budi daya magot untuk mendekomposisi sampah. Sampah yang telah didekomposisi magot, menjadi pupuk, namanya kasgot atau bekas magot,”paparnya.
Menurutnya, sampah di Banyumas tidak ada yang tersisa, karena semuanya dapat diolah. Sehingga, saat sekarang Banyumas sudah tidak lagi mempunyai landfill atau TPA secara terbuka.
Sementara Kepala TPA BLE Edi Nugroho mengatakan pihaknya menerima 12-16 dump truk atau sekitar 40-50 ton residu sampah.
“Tiap harinya, ada 12-16 dump truk residu yang masik ke TPA BLE. Residu dikirim oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola TPST. Dari pemrosesan di TPST masih ada residu, kemudian masuk ke sini, dan kami proses,”kata dia.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait