Kelompok-kelompok ini kemudian mendirikan Kampoeng Kepiting sebagai destinasi wisata terpadu dan Bank Sampah Abhipraya untuk pengelolaan sampah.
“Destinasi wisata ini juga dibangun dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber energi baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik,” tambah Cecep.
Kapasitas total PLTS yang terpasang adalah 6,6 kilowatt peak (kWp), yang digunakan untuk penerangan, freezer, dan sistem irigasi hidroponik. Pemanfaatan PLTS ini berhasil mengurangi emisi karbon hingga 8.580 kg setara CO2 per tahun dan menghemat biaya listrik sekitar 13 juta rupiah per tahun.
Cecep juga menekankan bahwa program Mamaku telah memberikan dampak positif dalam berbagai aspek, termasuk penurunan pencemaran lingkungan sebesar 195 ton per tahun atau sekitar 80%, pengurangan emisi pemanasan global dari pengelolaan sampah anorganik sekitar 161,8526 ton CO2 per tahun, dan pengurangan emisi karbon dari PLTS sebesar 8.580 kg CO2 setara per tahun.
Dari sisi ekonomi, program ini telah meningkatkan omzet Kampoeng Kepiting menjadi 44 juta rupiah per bulan, menaikkan pendapatan kelompok Pokdakan dan Buntiku sebesar 4 juta rupiah per bulan, serta meningkatkan penghasilan dari pengelolaan sampah plastik oleh Bank Sampah Abhipraya menjadi 3,8 juta rupiah per bulan.
Penghargaan internasional ini dianggap sebagai bentuk pengakuan global atas dedikasi RU IV dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang selaras dengan prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).
“Kami merasa terhormat, terlebih karena ajang ini merupakan sebuah forum bergengsi dengan partisipasi perusahaan-perusahaan terkemuka dari seluruh dunia. Ini semakin memperteguh visi kami untuk menjadi kilang bertaraf internasional,” pungkas Cecep.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
