"Pendampingan dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi, pihak desa atau perangkat desa setempat. Kalo boleh saya menyarankan agar jumlah bantuan ayam petelur yang diberikan diperhitungkan dengan cermat, hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perubahan pola hidup penerima bantuan,” saran Prof. Elly.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden, Dani Kusworo menambahkan tiga hal penting terkait pemberian bantuan ayam ini.
“Perlu diperhatikan umur ayam yang tidak terlalu jauh, jumlah ayam dan pakan ayam yang berkelanjutan,” tegas Dani yang juga telah menyiapkan program-program nasional untuk mendukung swasembada pangan, berupa susu dan daging sapi dalam pemenuhan Makan Bergizi Gratis dan Gerakan Minum Susu di Kabupaten Banyumas.
Sementara menurut Prof. Ali Agus, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Kementerian Pertanian RI, memberikan ikhtisar perhitungan pendapatan yang akan diperoleh para penerima bantuan.
“Jika penerima bantuan memelihara 100 ekor ayam petelur maka potensi pendapatan yang akan diraih sekitar 1.200.000 – 1.500.000 per bulan. Selain itu penerima bantuan juga mendapatkan kendang, peralatan dan bantuan pakan selama 2 bulan pertama,” ungkap Prof. Ali.
Program ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2025 dengan para pendamping dari Fakultas Peternakan Unsoed. Pemenuhan protein hewani dari telur dan susu ini akan mendukung program MBG dan mengatasi stunting serta membentuk generasi emas 2045.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait