Meski awalnya ditargetkan untuk 1.000 pelaku usaha, minat terhadap program ini begitu tinggi. Hingga pendaftaran ditutup, jumlah peserta tercatat mencapai 1.984 UMK dari berbagai daerah. Mereka merupakan binaan dari kementerian, lembaga, BUMN, hingga mitra pendamping lainnya.
Melalui Bootcamp ini, peserta akan mendapat manfaat seperti pendampingan implementasi SNI, fasilitasi sertifikasi SNI, pengurusan izin edar dan pendaftaran merek, serta bimbingan untuk memperoleh sertifikasi halal dan pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Tak hanya itu, peserta juga akan dilibatkan dalam business matching, yang bisa membantu memperluas jaringan pemasaran, serta mendapatkan pelatihan digitalisasi pemasaran, seperti strategi masuk ke marketplace, ritel modern, hingga ekspor.
Salah satu daya tarik program ini adalah sesi inspirasi bisnis dari role model UMK yang telah berhasil menerapkan SNI dan berhasil tumbuh secara signifikan. Di samping itu, peserta akan dibekali pengetahuan teknis terkait pemenuhan TKDN dan tahapan masuk ke dalam e-Katalog LKPP, yang saat ini menjadi kanal penting bagi pemasaran produk UMKM di sektor pemerintah.
BSN juga menyampaikan berbagai program fasilitasi tambahan, agar UMKM bisa semakin siap bersaing di pasar global dengan produk legal dan berstandar.
“BSN meyakini, langkah transformasi UMKM tidak bisa ditunda. Produk lokal memiliki potensi besar untuk tumbuh, bukan sekadar bertahan. Namun hal itu hanya akan terjadi jika pelaku UMK dibekali dengan kepercayaan diri dan pemahaman standar yang memadai,” pungkas Kristianto.
Melalui kolaborasi lintas sektor dan semangat gotong royong, BSN mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan UMKM Indonesia sebagai kekuatan ekonomi nasional yang tidak hanya kreatif dan produktif, tetapi juga legal, berstandar, dan siap mendunia.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait
