Menurut Prof. Mite, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar ilmiah bagi penyusunan strategi komunikasi yang lebih efektif dan empatik.
Dengan mengetahui bagian otak mana yang aktif saat seseorang menerima pesan tertentu, kampanye pencegahan kekerasan seksual dapat dirancang agar lebih menyentuh dan membekas dalam kesadaran masyarakat.
Penelitian ini mendapat dukungan penuh dari Universitas Jenderal Soedirman melalui skema International Research Collaboration.
Skema ini mendorong kolaborasi penelitian lintas negara dan lintas disiplin dalam upaya menjawab persoalan-persoalan strategis, termasuk isu kekerasan seksual yang masih menjadi tantangan di berbagai institusi pendidikan.
“Kami ingin menjadikan kampanye anti kekerasan seksual tidak hanya sebatas slogan, tapi benar-benar berdampak pada perubahan sikap dan kesadaran publik. Dan neurosains bisa menjadi pintu masuknya,” tegas Prof. Mite.
Melalui pendekatan ilmiah ini, tim peneliti Unsoed berharap dapat menciptakan pola kampanye yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggugah empati serta membangun kesadaran kolektif untuk mencegah kekerasan seksual sejak dini.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait