SURABAYA, iNews.id - Kisah hidup Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno menarik perhatian Inisiator Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo. Menurutnya ada kisah hidup dari Bapak Pemersatu Bangsa itu yang tak banyak diungkap, salah satunya kawasan Peneleh di Kota Surabaya ketika Soekarno menjadi pekerja outsourcing.
Hal itu diungkapkan Kuncarsono berdasarkan buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Di mana Presiden RI ke-1 itu sangat lekat dengan Kota Pahlawan.
Dalam Sarasehan Kebangsaan, Memperingati Hari Lahir Bung Karno bertajuk "Warisi Apinya, Jangan Abunya" yang digelar di Gedung Merah Putih, Kompleks Balai Pemuda. Kuncarsono mengungkapkan kisah hidup Soekarno berawal dari kedua orang tua Sukarno yakni, Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai yang menjalin hubungan sebagai seorang sepasang kekasih hingga akhirnya menikah pada tahun 1897.
"Saat itu, Sukemi (Sosrodihardjo) dan Srimben (Ida Ayu Nyoman Rai) bertemu di Singaraja, Bali. Ketika itu, Sukemi menjadi seorang guru PNS yang ditugaskan di sana, kemudian saling kenal dan suka," kata Kuncar sapaan akrab Kuncarsono, Sabtu (11/6) kemarin.
Ketika itu benih-benih cinta sepasang anak manusia itu muncul, karena indekos Sukemi dengan Puri Agung Singaraja atau kediaman Srimben kala itu jaraknya yang tidak begitu jauh, bahkan sejalur dengan tempat ayah Sukarno itu pergi dan pulang mengajar. Meskipun ada rasa saling suka hubungan keduanya tidak mendapatkan restu karena, Srimben merupakan keturunan ningrat kerajaan Singaraja.
"Karena Srimben adalah keturunan ningrat tinggi, sedangkan Sukemi bukan dari keluarga ningrat, sehingga ditolak oleh keluarga pujaan hatinya. Pada saat itu lah ia (Sukemi), tetap mengajak Srimben menikah," kata Kuncar.
Setelah menikah, Sukemi dan Srimben pun dikaruniai anak pertama pada 29 Maret 1898. Anak pertama berjenis kelamin perempuan itu mereka beri nama Sukarmini. Setelah itu, di tahun 1899, keluarga kecil ini pindah dari Bali ke Surabaya, seiring adanya surat pindah tugas dari Kementerian Pendidikan kalau itu.
Setelah pindah dari Bali ke Surabaya, Sukemi mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) sekolah Belanda untuk bumiputera di Jalan Sulung, atau sekarang SDN Alun - Alun Contong I, Surabaya. Selang setahun kemudian, pada 6 Juni 1901, Srimben melahirkan anak keduanya, Kusno (Sukarno).
"Tak berselang lama, setelah usia Kusno enam bulan, tepatnya 28 Desember 1901, bapaknya dimutasi lagi, ke Jombang, Ploso. Karena pada saat itu gaji PNS tidak terlalu tinggi, pada akhirnya Sukarno cilik dititipkan ke rumah kakeknya di Tulungagung dari tahun 1904-1906," ujar Kuncar.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait