Pemutaran film dan diskusi juga akan diselenggarakan sebagai bagian dari arsip. Ada film Kucumbu Tubuh Indahku (2019) karya Garin Nugroho, Leng apa Jengger (2008) karya Bowo Leksono, dan Amongster: Voyage of Lengger (2021) karya Zen Al Ansory. Pemutaran film dan seminar gratis, penonton hanya diminta registrasi.
Di program pertunjukan, akan ada penampilan spesial dari enam penampil yang telah diatur sesuai kuratorial. Hari pertama, akan ada Paguyuban Langensari Kalibagoran dan Narsihati ft Sukendar dengan pertunjukan ala lengger tradisional. Klasik dan semarak.
Di hari kedua, akan ada Calengsai yang merupakan kolaborasi antara barongsai lengger dan calung, serta Rumah Lengger. Calengsai adalah representasi dari guyubnya tradisi Tionghoa-Jawa di Banyumas. Sementara Rumah Lengger adalah kelompok yang sejak 2020 lalu menyediakan ruang pendokumentasian dan eksperimen lengger di Banyumas. Salah satu pendirinya adalah penari lengger, Rianto.
Di hari terakhir, akan ada penampilan lengger kontemporer dari Seblaka Sesutane dengan judul “The Cosmos of Leng” dan Otniel Dance Community yang berjudul “Lengger Laut”. Di hari terakhir juga akan ada soft-launching buku “Lengger Agamaku” karya Otniel Tasman.
Rangkaian acara ini disusun sesuai pembagian dekade perkembangan lengger yang dirumuskan oleh kurator JLF yaitu Abdul Aziz dan Linda Mayasari. Penonton yang hadir tiga hari berturut-turut diharapkan bisa mengikuti perkembangan lengger dari masa lalu, kini, dan masa depan.
JLF digelar secara kolaboratif oleh pelaku, pegiat, pengamat, hingga akademisi seni tradisi lengger di tiga kota yaitu Banyumas, Solo, dan Yogyakarta.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, KementrKementrian Pendidikan dan Kebudayaan - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten Banyumas, dan Indonesia Kaya.
Festival ini diproyeksikan mampu memberikan stimulus kepada generasi muda untuk mengembangkan tradisi lengger selaras dengan laju perkembangan zaman. JLF tak memakai tiket, alias gratis. Kami berharap Jagad Lengger Festival bisa jadi ajang temu bagi siapa saja untuk merayakan tradisi Lengger Banyumas.
Editor : Arbi Anugrah