PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) akan berkunjung ke Ukraina dan Rusia akhir Juni ini. Sejumlah persiapan melekat dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) juga tengah disiapkan untuk mengawal Jokowi nantinya.
Paspampres sangat penting perannya saat mengawal Kepala Negara. Pasukan ini bertugas melaksanakan pengamanan fisik langsung jarak dekat setiap saat kepada Presiden dan Wakil Presiden, mantan Presiden RI dan mantan Wakil Presiden.
Karena Presiden Jokowi akan memasuki wilayah konflik di mana terjadi perang antara Rusia dan Ukraina, maka berbagai persiapan khusus Paspampres ketika mendampingi Presiden dipersiapkan mulai dari berbagai peralatan mulai helm hingga rompi antipeluru. Bahkan, pihak Ukraina juga disebut mengizinkan Paspampres membawa senapan laras panjang.
Jika melihat sepak terjang Paspampres, pasukan khusus ini juga pernah memberikan pengawalan maksimal kepada Presiden RI ke-2 Soeharto saat mengunjungi Sarajevo untuk memberikan dukungan moril kepada umat Islam Bosnia. Di mana saat itu sedang dilanda perang pada pada tahun 1995.
Aksi Soeharto ini tergolong nekat, karena dua hari sebelum kunjungan yang tercatat pada 11 Maret 1995, sebuah pesawat utusan PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia.
Ketika itu Soeharto tetap bersikeras ingin mengunjungi Sarajevo, meski nyawa taruhannya.
Dikutip dari buku berjudul Pak Harto: The Untold Stories, mantan Komandan Grup A Paspampres, Sjafrie Sjamsoeddin, membagikan pengalamannya melindungi Presiden Soeharto dari ancaman penembak jitu.
Sjafrie yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus mengatakan, setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia. Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia.
Namun, saat sampai di Bosnia, Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut. ”Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.
Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat dirinya kebingungan. Suasana pun semakin mencekam lantaran, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar sangat jelas.
Sjafrie pun mempunyai ide, dan segera meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.
Mantan Pangdam Jaya ini terus menempel Soeharto itu melindungi orang nomor satu di Indonesia ketika itu. "Ini untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," ucap Sjafrie.
Penasihat khusus Prabowo di Kementerian Pertahanan ini juga membagikan kisahnya tersebut di channel Refly Harun.
“Pembicaraan antara dua presiden, memang terjadi ledakan tapi ledakan itu tidak mengganggu jalannya pertemuan,” kata Sjafrie menjawab pertanyaan Refly soal kejadian di Sarajevo.
Sementara untuk mengawal Presiden Jokowi nantinya, setidaknya ada 39 anggota Paspampres diikutsertakan dalam kunjungan ini. Sebanyak 10 personel tergabung dalam tim penyelamatan, 19 personel grup utama dan 10 personel menjadi tim pendahulu yang sudah berada di Rusia atau Ukraina.
Editor : Arbi Anugrah