JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Dataran Tinggi Dieng yang berada di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah selalu menyimpan daya tarik tersendiri dan pesonanya yang tak pernah lekang oleh waktu. Seni, budaya, kultur, tradisi dan sejarah yang kuat selalu melekat di kawasan negeri atas awan tersebut.
Salah satunya warisan sejarah seperti candi-candi yang berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, masih terjaga hingga kini. Tradisi potong rambut gimbal juga masih digelar di kawasan Dieng melalui Dieng Culture Festival (DCF).
Dieng Cultue Festival sendiri adalah sebuah gelaran budaya tahunan di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dieng Culture Festival 2022 akan kembali digelar untuk umum setelah sempat diselenggarakan secara terbatas karena pandemi.
Dieng yang berada di perbatasan antara Wonosobo dan Banjarnegara. (Foto: Elde Joyosemito)
Mengenal potong rambut gimbal bagi anak anak terpilih di kawasan Dieng yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di pulau Jawa. Pemandangannya yang indah, serta udaranya sejuk menjadi nilai plus tersendiri untuk tempat ini.
Anak-anak kecil di Dataran Tinggi Dieng memiliki tradisi unik yakni membuat rambut mereka menjadi gimbal. Hal ini bukan tanpa alasan, terdapat asal-usul dan mitos tersendiri yang terhubung dengan tradisi tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, anak-anak di dataran tinggi Dieng yang berambut gimbal atau ‘bocah gembel/gimbal’ sangat dimanja oleh orangtuanya. Ini karena sebagian masyarakat setempat percaya bahwa anak gimbal merupakan titipan dari Nyi Roro Kidul melalui seorang abdi dalem bernama Nyai Dewi Roro Rence Kerajaan Pantai Selatan.
Gelaran Dieng Culture Festival (DCF) di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. (Foto : Arbi Anugrah/iNewsPurwokerto.id).
Lalu apakah mereka boleh memotong atau mencukur rambutnya?
Tentu iya, anak-anak rambut gimbal tersebut diperbolehkan memangkas rambutnya. Akan tetapi dengan catatan, harus dilakukan ritual tertentu.
Pertama-tama, orangtua harus terlebih dulu memenuhi permintaan sang anak. Apabila sudah terpenuhi, maka barulah mereka bisa memangkas rambut anak-anaknya.
Kemudian rambut anak yang gimbal tersebut nantinya akan dilarung ke sungai yang mengalir ke laut pantai selatan, yakni untuk dikembalikan kepada sang pemilik rambut, yaitu Nyai Dewi Roro Rence.
Namun selain itu, warga juga kerap menghanyutkan hasil-hasil bumi bersamaan dengan rambut gimbal sang anak. Jika ritual tersebut dilakukan dengan benar, makan konon nantinya rambut anak akan tumbuh dengan baik dan indah.
Ritual digelar secara sederhana di Pendapa Budaya Dieng, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur. (Foto : Arbi Anugrah/iNewsPurwokerto.id)
Kesalahan-kesalahan yang dimaksud bisa berupa salah mengabulkan permintaan sang anak, maupun dalam menghanyutkan di lokasi yang salah.
Nah, berdasarkan cerita tutur yang berkembang itu, apakah kalian tertarik untuk mengunjungi Dieng Culture Festival? Jika iya kalian dapat memantau rilis reservasi tiket dan penginapan di website resmi DCF atau Instagram @festivaldieng2022. Pasalnya, dipastikan DCF 2022 tahun ini akan sangat meriah dan banyak diserbu pengunjung.
Editor : Arbi Anugrah