Ketiga; golongan orang yang sengsara di dunia, bahagia di akhirat. Orang yang secara material tidak kaya, bahkan sering kali hidup seadanya. Tidak ada yang bisa dibanggakan, ilmu tidak punya, pangkat apalagi, tempat tinggal sederhana, orangpun sering kali memandangnya sebelah mata.
Namun dalam kondisi yang demikian, dia selalu berusaha untuk menjadi Muslim yang baik. Ibadah yang wajib dan sunah tidak pernah dia tinggalkan. Dia berusaha selalu tampil dengan akhlak yang terpuji. Anak-anaknya dididik dengan agama yang baik. Kemiskinannya menjadikan dia semakin dekat dengan Tuhan. Sehingga biar kata orang “dia miskin”, tetapi dia merasa cukup dan masih bisa bersyukur ke hadirat Allah SWT. Dia telah dapat merasakan apa yang dijanjikan Allah SWT dalam surat At Thalaq, 65:2-3 berikut:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Keempat; golongan orang yang sengsara di dunia sengsara di akhirat, minus dunia minus akherat, blangsak di dunia blangsak di akhirat. Inilah orang yang paling sial, judulnya “kasian amat”. Kita sering mendapati orang model begini, tuna segalanya di dunia,namun tetap saja bergelimang dan bangga dengan maksiat yang dilakukan. Sama sekali buta hatinya untuk mendengar panggilan agama. Persis dengan apa yang dikatakan oleh sahabat Ali bin Abi Thali kr;
كَادَ الْفَقْرُ اَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا.
“ Seringkali kefakiran menjadikan kekafiran”
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta