Ibnu Atsir menjelaskan:
“Banyak hadis yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan memutus silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua”. (Dinukil dari Shilatul Arham). Dengan demikian, perbuatan baik dan menyambung hubungan terhadap orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dan nasab tidaklah termasuk silaturahim, dan tidak termasuk dalam ayat-ayat dan hadis-hadis mengenai perintah serta keutamaan silaturahim."
Sebaliknya, Allah dalam Al Qur'an juga mengancam mereka yang memutus hubungan silaturahim. Di antaranya, Allah berfirman, "Orang-orang yang merusakkan janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mengadakan kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka jahanam)." (QS Ar-Ra'd : 25).
Selain itu, Allah juga memberikan ancaman keras sebagaimana termaktub dalam Al- Qur'an surah Muhammad ayat 22-23. 0rang yang memutuskan tali kekeluargaan akan dilaknat Allah dengan dibuat tuli pendengarannya dan dibutakan penglihatannya.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوٓا۟ أَرْحَامَكُمْ
"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (QS Muhammad :22)
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰٓ أَبْصَٰرَهُمْ
"Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS Muhammad 23).
Melihat keberkahan silaturahim dan terhinanya para pemutus silaturahmi, maka marilah kita menjadi insan yang bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan jalan menyambung silaturahmi. Takwa memang dapat mengantarkan kita pada kebaikan hubungan dengan sesama manusia. Lebih khusus lagi, yaitu sambunglah tali silaturahmi dengan keluarga yang masih ada hubungan nasab (anshab).
Wallahu 'Alam
Editor : Arbi Anugrah