Diantaranya adalah miniatur desa tradisional Korea Selatan, dan di area tersebut, pengunjung seolah tengah dibawa berlibur ke Korea Selatan.
Adapula duplikat Fushimi Inari Taisha, kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang. Pengunjung juga dapat merasakan makanan, suvenir, dan belajar kebudayaan dari masing-masing negara tersebut.
Berdiri di lahan seluas enam hektare, wisatawan akan dikenakan tarif masuk sebesar Rp 50 ribu. Tiket yang didapat pengunjung dapat ditukarkan dengan minuman atau sosis yang disediakan.
The Great Asia Africa sendiri, ujar Intan mulai dibuka sejak November 2019, empat bulan berjalan, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Hal ini menyebabkan tempat wisata yang menyajikan landmark negara di Asia Africa harus tutup karena pandemi.
"Tapi sekarang alhamdulillah kita sedang memulai beranjak untuk meningkat lagi pariwisata yang ada di Lembang. Untuk pengunjung di bulan liburan biasanya lumayan, jika di hari-hari biasa itu kita sekitar hampir 1.000 orang dan untuk weekend itu bisanya dua kali lipat," jelasnya.
Salah satu pengunjung asal Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Bayu Nur Sasongko mengatakan, The Great Asia Africa benar-benar membawa pengunjung serasa berada di negara tersebut. Meski semua disajikan dalam bentuk landmark atau miniatur.
"Tadi kita sudah masuk ke Korea, Timur Tengah, dan ada Thailand. Ngerasanya si kayak berasa melihat kebudayaan mereka secara langsung, walupun disajikan secara minatur," ujarnya.
Jika merasa lelah berkeliling, kalian dapat memanfaatkan fasilitas gondola yang akan memudahkan naik ataupun turun berkeliling ke setiap landmark yang ada. Untuk menggunakan fasilitas ini, pengunjung akan dikenakan biaya Rp 10 ribu per orang.
Editor : Arbi Anugrah