Logo Network
Network

KPAI Beberkan Kekerasan Seksual di Sekolah 88 Persen Pelakunya Guru, 22 Persen Kepsek

Tim Inews.id
.
Senin, 13 Desember 2021 | 21:18 WIB
KPAI Beberkan Kekerasan Seksual di Sekolah 88 Persen Pelakunya Guru, 22 Persen Kepsek
KPAI mengungkap kekerasan seksual di sekolah 88 persen pelakunya guru, 22 persen kepala sekolah (kepsek) (Foto : Kat Jayne dari Pexels).

JAKARTA, iNews.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan data yang sangat mencengangkan terkait kasus kekerasan seksual di sekolah. Rata-rata kasus kekerasan seksual di sekolah dilakukan oleh guru, dimana sebanyak 88 persen pelakunya guru, dan 22 persen kepala sekolah (kepsek).

Hal tersebut diungkapkan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti yang memaparkan hasil pengawasan KPAI pada tahun 2018 dan 2019 sebelum pandemi. Dimana terdapat 72 persen kekerasan fisik di sekolah, 9 persen kekerasan psikis dan kekerasan seksual 2 persen. 

Tapi, kemungkinan lebih banyak kasus yang dilaporkan ke polisi karena itu termasuk pidana. Dia menegaskan, bersetubuh dengan anak atau melakukan suatu tindakan seksual kepada anak itu tidak ada yang merupakan tindakan ada sama suka, atau mau sama mau, karena ini soal relasi kuasa juga.

"Ini apalagi anak, mana tahu anak tentang konsep seksual, apalagi ketika anak itu SD, nah 2 persen itu tetapi ditambah dengan 13 persen dari pantauan kami tidak dilaporkan KPAI tetapi ada di media, maka kami pun melakukan pengawasan," kata Retno, Senin (13/12/2021).

Kemudian, dia mencontohkan di 2018, dari hasil pengawasan KPAI, korban itu justru mayoritas anak laki-laki, intinya ia ingin mengingatkan bahwananak laki-laki maupun anak perempuan semua rentan mengalami kekerasan seksual.

Dia membeberkan, kasus pertama pada tahun 2018 di Kabupaten Tangerang, di mana seorang guru olahraga melakukan sodomi terhadap 41 siswa dengan dengan modus adalah memberikan kesaktian dan ilmu pelet kepada anak-anak itu. 

Kedua adalah kasus di Jombang di mana 25 siswi menjadi korban guru bahasa Indonesia di sekolah itu dan ini modusnya ruqyah, yang mana anak itu disebut ada jin di tubuhnya dan harus diruqyah sepulang sekolah dan situasinya sepi.

"Berikutnya lagi ini anak perempuan semua tapi ada anak laki-laki misalnya kasus di SD di Surabaya korban itu mencapai 65 siswa. Jadi ini 3 tahun dilakukan oleh pelaku,  jadi bayangkan ini di Jakarta juga pernah terjadi tahun 2018 yaitu 16 siswa dan itu jumlahnya kalau kita hitung, maka jumlah antara laki-laki dengan perempuan, itu jumlahnya lebih banyak anak laki-laki pada tahun 2018, angka itu dari 65+41+16 jadi lebih dari 120 adalah laki-laki," beber Retno.

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News

Halaman : 1 2
Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.