Dalam menginterpretasikan makna tradisi "nyekar" ini, memang perlu memiliki pandangan yang lebih produktif. Tradisi "nyekar" tidak hanya terbatas pada praktik keagamaan atau kepercayaan, melainkan juga melibatkan aspek kebudayaan, sosial, dan bahkan ekonomi yang lebih luas.
Karena tradisi "nyekar" tidak hanya sebagai wujud dari akulturasi dan model budaya keislaman pribumi, “nyekar” juga sebagai sarana untuk mengenang kembali akar historis serta merenungkan masa depan.
Artinya, dengan melakukan "nyekar" yang dipahami dengan lebih dalam, diharapkan seseorang dapat merenungkan asal-usul historis keberadaannya, dari mana ia berasal, bagaimana ia dibesarkan, dan diberkati dengan kasih sayang oleh orang-orang yang ia kunjungi di maqbarahnya (makamnya) itu.
Dengan demikian, diharapkan muncul perasaan iba, rasa sayang, dan harapan besar akan pengampunan dari Tuhan bagi mereka yang telah "kembali" tersebut. Inilah tempat di mana ketulusan dan keikhlasan menjadi nyata.
Editor : Arbi Anugrah